Zul Sikumbang Jakarta (ANTARA News) - Menjelang peringatan Hari Kelahiran Pancasila, 1 Juni besok, anggota MPR RI, Lukman Edy mengatakan, internalisasi nilai-nilai kebangsaan terutama Pancasila menjadi hal yang mendesak dilakukan oleh negara secara massif.

Sebab, kata Lukman Edy, kekuatan anti Pancasila dan Kebhinekaan terus berkembang, bahkan mulai berani menampakkan diri. Tantangan kita bukan lagi seperti menghadapi NII atau seperti menghadapi PKI yang bisa berhadapan langsung secara nyata, tetapi yang bangsa ini hadapi hari ini adalah gerakan anti nasionalis, yang memanfaatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, negara dan lembaga negara," kata Lukman Edy di Jakarta, Minggu.

Kondisi ini destruktif terhadap keutuhan bangsa, yang pada akhirnya kontra produktif terhadap NKRI.

"Tantangan kesaktian Pancasila pada kelahira Pancasila, 1 Juni tahun ini adalah tantangan bagi penyelenggara negara agar bisa menjadi tauladan bagi segenap bangsa," kata Wakil Ketua Komisi II DPR RI itu.

Kalau tauladan bangsa dirusak oleh penyelanggara negara maka berat bagi kita untuk menegakkan pilar bangsa, yaitu Pancasila, UUD NKRI 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

"Paling tidak ketauladanan penyelenggaraan negara yang ditunggu oleh masyarakat adalah tidak korupsi, berprilaku negarawan, membela dan menolong rakyat, tidak selingkuh, lembaga demokrasi yang baik dan jujur, pengadilan yang adil, polisi tegas menegakkan hukum, dan pemerintah serius mensejahterakan rakyat. Inilah makna peringatan 1 Juni hari kelahiran Pancasila di tahun 2015 ini," ujar dia.

Tambahnya, jika ketauladanan ditunjukkan dalam penyelenggaraan negara, maka tugas internalisasi nilai kebangsaan melalui lembaga pendidikan atau melalui lembaga negara lainnya akan mudah diserap oleh masyarakat. "Sosialisasi 4 pilar Kebangsaan oleh MPR juga akan mudah mendapat respon positif dari masyarakat luas, tetapi kebalikannya kalau ketauladanan tidak ditunjukkan oleh penyelenggara negara maka, 4 pilar akan menjadi buih diatas ombak, mudah luntur dan cair ketika ada paham lain yang masuk," demikian Lukman Edy.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015