Wina (ANTARA News) - Produksi minyak Iran bisa terangkat satu juta barel per hari (bph) dalam waktu setengah tahun sejak sanksi-sanksi Barat dicabut, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh memperkirakan pada Rabu.

Perkiraan Zanganeh, disampaikan sebelum batas waktu 30 Juni penyelesaian kesepakatan tenaga nuklir bersejarah Iran dengan kekuatan dunia, diungkapkan pada seminar dua hari OPEC di Wina menjelang pertemuan tentang produksi kartel pada Jumat, lapor AFP.

Ditanya tentang produksi minyak Republik Islam, ia mengatakan kepada para delegasi: "Kami percaya bahwa segera, atau setelah satu bulan pencabutan sanksi, (kami akan mencapai) setengah juta (tambahan) barel per hari, dan setelah 6-7 bulan kami akan mencapai satu juta barel."

"Iran, karena sanksi dan keterbatasan, telah mengurangi produksi dan ekspor minyaknya."

Iran saat ini mengekspor 1,3 juta barel per hari, dibandingkan 2,2 juta barel per hari sebelum sanksi diberlakukan sekitar satu dekade yang lalu.

"Ini adil kami kembali ke tingkat produksi (yang Iran miliki) sebelum sanksi," tambah Zanganeh.

"Negara-negara anggota OPEC akan mempertimbangkan kembalinya Iran ke pasar, dan itu tidak akan berdampak negatif di pasar," katanya di tengah kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang kelebihan pasokan global, yang memicu kemerosotan harga minyak baru-baru ini.

Pada April, Iran dan enam kekuatan dunia menyetujui garis besar kesepakatan bersejarah bahwa -- jika dapat diselesaikan pada target 30 Juni -- akan melihat sanksi menyakitkan AS dan Uni Eropa yang mencekik ekspor minyak Iran dicabut.

Namun demikian, sanksi tidak akan berkurang dengan segera, mereka hanya akan mencabutnya setelah pengawas atom PBB telah diverifikasi bahwa Teheran telah menurunkan secara dramatis program nuklirnya.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan pada April bahwa ia mengharapkan ini akan memakan waktu antara enam bulan hingga satu tahun.

Kesepakatan ini bertujuan untuk membuat hampir tidak mungkin bagi Iran untuk mengembangkan senjata nuklirnya.

Akhir pekan ini, sementara itu, 12 negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) diperkirakan akan mempertahankan pagu produksi harian resmi pada 30 juta barel per hari.

Kartel diperkirakan akan menahan diri untuk mengubah produksi meskipun kelebihan pasokan telah mengirimkan harga merosot 60 persen antara Juni hingga Januari.

Harga minyak dunia juga terpukul oleh keputusan OPEC pada November tahun lalu yang mempertahankan produksinya dalam upaya untuk menekan produsen minyak serpih AS dan melestarikan pangsa pasar.

Harga merosot ke posisi terendah enam tahun pada Januari, tetapi telah pulih ke perdagangan di sekitar 60 dolar AS. Namun, harga minyak masih sekitar 50 persen lebih rendah daripada periode sama tahun lalu.

Zanganeh mengatakan pada Rabu bahwa kartel perlu menemukan "harga yang adil" untuk minyaknya.

"OPEC memerlukan harga yang adil -- harga yang tidak akan membahayakan pertumbuhan ekonomi global dan memungkinkan investasi berlanjut ... serta memungkinkan untuk pengembangan kapasitas produksi di negara-negara anggota sehingga memungkinkan kesinambungan dan stabilitas," kata dia.

(Uu.A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015