Jakarta (ANTARA News) - Kejahatan yang terkait dengan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan di negara-negara berkembang di seluruh dunia menimbulkan kerugian hingga 70 miliar dolar AS per tahun menurut data Bank Dunia.

"Rentannya kejahatan lingkungan, dan permintaan yang mendasari perdagangan terkait dengan kejahatan itu, kerap diperburuk dengan problem yang terdapat dalam tata kelola pemerintahan, korupsi, serta kelemahan dalam akuntabilitas di tingkat nasional," kata Wakil Presiden Bank Dunia Leonard McCarthy dalam siaran pers, Jumat.

McCarthy mengatakan korupsi yang menunjang kejahatan terhadap sumber daya alam dan lingkungan itu dapat diatasi melalui penuntutan yang tegas, transparan, dan kemitraan.

Bank Dunia telah membangun kemitraan untuk mendukung upaya internasional guna menghentikan krisis lingkungan dan sosial akibat pembalakan liar dan perdagangan ilegal satwa yang dilindungi di Afrika dan Asia.

Kemitraan antarlembaga lewat Fasilitas Lingkungan Global (GEF) itu mempromosikan investasi guna mendukung konservasi biodiversitas, melestarikan satwa liar dan mendukung penghidupan yang berkelanjutan baik di kawasan Afrika maupun Asia.

"Kami ke depannya berkeinginan untuk bekerja sama dengan negara mitra dan pemangku kepentingan lainnya guna mengatasi pendorong signifikan dari hilangnya biodiversitas yang memiliki dampak yang negatif terhadap keberlanjutan kawasan yang terlindungi dan kesejahteraan manusia di Afrika dan tempat lainnya," kata Ketua GEF, Naoko Ishii.

Negara-negara yang berpartisipasi dalam GEF mencakup Botswana, Ethiopia, Gabon, Kamerun, Kongo, Mozambik, Tanzania, Zambia, India, dan Indonesia.

Lembaga yang berkontribusi dalam kemitraan GEF antara lain Bank Pembangunan Asia (ADB), Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, Program Pembangunan PBB (UNDP), Bank Dunia, dan WWF.


Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015