Sanaa (ANTARA News) - Pemberontak Syiah Huthi dan pemerintahan Yaman di pengasingan pada Jumat sepakat akan menghadiri perundingan perdamaian yang diperantarai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa.

Pembicaraan itu ditujukan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari dua bulan dan menewaskan setidaknya 2.000 orang.

Perundingan Jenewa, yang untuk sementara ini dijadwalkan berlangsung pada 14 Juni, akan menjadi upaya penting pertama kalinya untuk menghentikan konflik, yang membuat PBB menyebutnya sebagai "bencana kemanusiaan".

Koalisi pimpinan Arab Saudi telah selama 10 pekan terakhir ini melancarkan pemboman ke para pemberontak dukungan Iran beserta sekutu-sekutu mereka.

Tindakan itu meningkatkan ketegangan antara Riyadh dan saingannya di kawasan, Iran, sementara kelompok-kelompok pendukung hak asasi manusia menyatakan kekhawatiran mereka menyangkut demikian banyaknya warga sipil yang kehilangan nyawa.

"Kami menerima undangan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk berangkat ke meja perundingan di Jenewa tanpa syarat," kata Daifallah al-Shami, seorang anggota senior sayap politik pihak pemberontak.

Ketika berbicara kepada AFP, ia menambahkan bahwa para pemberontak "tidak akan menerima syarat-syarat" yang diajukan oleh pihak-pihak lainnya.

Ezzedine al-Isbahi, menteri penerangan pemerintahan Yaman di pengasingan di ibu kota negara Arab Saudi, mengatakan pihaknya juga akan mengirimkan delegasi ke Swiss.

Utusan PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB pada Rabu bahwa pemerintah akan hadir namun bahwa ia masih berkonsultasi dengan para pemberontak.

"Pemerintah setuju untuk berpartisipasi dalam pembicaraan di Jenewa," kata Isbahi kepada AFP.

Ia mengatakan pertemuan itu akan "membicarakan penerapan Resolusi 2216", yang disahkan Dewan Keamanan pada April.

Resolusi tersebut menjatuhkan embargo senjata terhadap pemberontak Huthi dan mendesak agar pemberontak melepaskan wilayah yang mereka duduki.

Perundingan Jenewa akan diupayakan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, rencana penarikan Huthi serta peningkatan penyaluran bantuan kemanusiaan, demikian menurut para diplomat yang menghadiri sidang tertutup Dewan Keamanan pada Rabu.

(Uu.T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015