Makassar (ANTARA News) - Desainer Ivan Gunawan mengingatkan agar motif tenun kain tradisional Indonesia jangan sampai diproduksi dengan cara dicetak (print).

"Jangan sampai motif tenun itu di-print, karena kalau motif tenun itu di-print, pada akhirnya para pengrajin akan makin ditinggalkan, karena ngeprint harganya lebih murah," kata Ivan di Makassar, Sabtu malam.

Ivan mengaku merasa sedih ketika melihat motif-motif tenun tradisional seperti songket diproduksi dengan mesin pencetak.

"Songket itu kan dibuat bisa hingga berbulan-bulan dengan harga yang cukup mahal, kalau di-print orang bisa beli murah, pada akhirnya orang tidak berminat membeli tenun," ujarnya.

Ia menilai kain-kain tenun tradisional Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan. Kualitas kain hasil tenun saat ini, kata dia, sudah jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun yang lalu.

"Kalau dulu saya suka takut pakai tenun karena takut luntur, kena cipratan air sedikit saja langsung pulau-pulau. Tetapi sekarang bahannya sudah oke banget," terangnya.

Sementara untuk memastikan kenyamanan pemakai busana, Ivan mengatakan ia melapisi busana yang ia rancang dengan puring yang terbuat dari katun.

"Kalau bahan tenunkan tidak menyerap keringat, makanya untuk koleksi ini saya melapisi tenun dengan puring katun sehingga sangat nyaman untuk dipakai dalam keseharian," terangnya.

Ivan menjadi salah satu dari sepuluh desainer nasional yang menampilkan karyanya dalam Beautiful Celebes Fashion Week 2015. Ia menggunakan tenun Sengkang, Sulawesi Selatan untuk membuat koleksi bergaya modern dan santai yang bertema Samalona.

Celebes Fashion Week diselenggarakan dalam rangkaian pameran Fashion Female on the Move (Femme) 2015 yang berlangsung 3-7 Juni di Makassar. Dalam gelaran ini, para desainer menciptakan karya mereka dengan bahan dasar kain tenun sutera tradisional Sulawesi Selatan.

Pewarta: Nurhaya J. Panga
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015