Sangat salah bila adik-adik mahasiswa tidak paham dengan bahaya ISIS"
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi III DPR RI Ruhut Sitompul mengimbau generasi muda, terutama mahasiswa, mewaspadai radikalisme dan bujuk rayu kelompok radikal seperti Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

"Ini penting karena mahasiswa khususnya dan generasi muda umumnya adalah target utama propaganda radikalisme yang dilakukan ISIS," kata Ruhut dalam "Dialog Pencegahan Paham ISIS di Kalangan Mahasiswa" di Medan, Sumatera Utara, Selasa, sebagaimana dikutip dalam siaran pers.

Menurut anggota Fraksi Partai Demokrat itu, mahasiswa dan generasi muda merupakan kelompok yang rentan terhadap penyebaran paham radikalisme saat ini, apalagi di tengah kemajuan teknologi Internet dan maraknya media sosial.

Biasanya, kata Luhut, orang muda, apalagi yang masih gamang, sangat mudah terkena propaganda dan iming-iming seperti pendapatan besar dan kalau mati masuk surga.

Oleh karena itu, di hadapan ratusan perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Sumut, Ruhut mengimbau mahasiswa dan kalangan muda lebih selektif di dalam menyerap informasi sehingga tidak menjadi korban propaganda kelompok radikal.

"Sangat salah bila adik-adik mahasiswa tidak paham dengan bahaya ISIS. Mahasiswa dan generasi muda adalah harapan kita dalam membangun negeri ini nantinya," kata dia.

Pada kesempatan itu Ruhut mengapresiasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang secara terus menerus mensosialisasikan bahaya radikalisme dan terorisme, terutama di lingkungan mahasiswa dan generasi muda, yang dinilainya sangat penting bagi keutuhan NKRI.

Secara khusus ia juga berterima kasih kepada Ali Fauzi, mantan anggota kelompok radikal yang juga adik terpidana mati kasus bom Bali I, Amrozy, yang selama ini turut membantu BNPT dalam upaya pencegahan radikalisme dan terorisme.

Kepala BNPT Saud Usman Nasution menjelaskan bahwa sebagai gerakan ISIS merupakan persoalan internal di Irak dan Suriah, sama sekali tidak memiliki kaitan dengan Indonesia. Sedangkan secara ideologi, jelas bertentangan dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Jadi, kata Saud Usman, sangat salah bila ada WNI yang ikut-ikutan termakan propaganda ISIS untuk pergi dan bergabung dengan mereka di Irak maupun Suriah.

Meski mengatasnamakan Islam dan Jihad, gerakan yang mengusung kekerasan ini justru ditentang oleh mayoritas tokoh dan umat Islam karena mereka tidak segan untuk membunuh bahkan terhadap sesama Muslim. "Kalau ingin mengikuti kelompok ini sama saja menghancurkan Islam dan akan terjadi peperangan di antara umat Islam," kata Saud.

Selain dialog, acara tersebut juga diisi dengan workshop portal damai yang diharapkan dapat menghasilkan pasukan siber yang nantinya menyebarluaskan pesan damai di dunia maya guna mengimbangi berbagai situs yang meracuni generasi muda dengan ide radikalisme dan terorisme.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015