Nusa Dua (ANTARA News) - Indonesia mesti dapat meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan serta tidak lagi bergantung pada sumber energi yang berasal dari fosil seperti minyak bumi, kata Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.

"Kita hanya sekitar 12 persen menggunakan sumber energi terbarukan," kata Jusuf Kalla saat membuka acara International Student Energy Summit (ISES) ke-4/2015 bertajuk "Connecting the Unconnected" di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu malam.

Menurut Jusuf Kalla, tidak banyak negara yang memiliki banyak sumber energi terbarukan seperti Indonesia, sehingga diperkirakan itu sebabnya negara seperti Jepang yang minim sumber energi menggunakan pembangkit energi yang menggunakan tenaga nuklir.

Wapres memahami bahwa negara kepulauan seperti Indonesia juga dikenal berada dalam "ring of fire" sehingga kerap memiliki banyak bencana alam.

Untuk itu, ia menginginkan acara ISES juga dapat memikirkan mengenai gagasan tentang bagaimana penggunaan energi di masa mendatang dapat menghasilkan energi yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga lebih murah, baik, dan cepat.

Wapres juga mengingatkan peserta ISES tentang sejarah energi, di mana awalnya energi pada masa kuno berasal dari air dan tenaga manusia.

Namun seiring zaman berlalu dan setelah berkembangnya revolusi industri, energi juga terus berkembang hingga tercipta adanya PLTN di sejumlah negara.

"Setelah oil shock (goncangan harga minyak mentah) dan KTT Bumi di Rio De Janeiro Brazil, kita lebih peduli mengenai lingkungan, mengenai masa depan, ketersediaan dan harga energi serta dampaknya kepada masa depan," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa energi terbarukan adalah energi klasik karena menggunakan tenaga alami seperti angin, sinar matahari, biogas, dan gelombang/ombak.

Wapres mengingatkan bahwa sejumlah negara telah sukses dalam menerapkan sebagian besar energinya dengan sumber energi terbarukan seperti Norwegia yang 86 persennya berasal dari tenaga hidro.

Acara ISES dihadiri lebih dari 600 delegasi yang berasal dari sekitar lebih dari 100 negara. Acara tersebut juga dihadiri antara lain oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan adanya peningkatan investasi di sektor sumber energi ramah lingkungan untuk mencapai ketersediaan listrik 35 ribu megawatt pada 10 tahun yang akan datang.

"Masih dibutuhkan 20 ribu megawatt pada 10 tahun mendatang melalui renewable energy yaitu geothermal, wind power, hidro turbine dan solar cell," kata Kalla dalam sambutan pembukaan Indonesia Green Infrastructure Summit 2015 di Jakarta, Selasa (9/6).

Menurut Kalla, banyak kesempatan yang terbuka lebar bagi para investor asing di bidang energi ramah lingkungan guna memasok listrik di Indonesia.

Wapres mengatakan pemerintah memutuskan proses investasi energi panas bumi atau "geothermal" akan dilakukan seperti pengelolaan minyak bumi.

Selain itu, untuk mendukung penyediaan energi listrik, Wapres mengatakan pemerintah akan mendahulukan kebijakan ramah lingkungan dalam membangun pembangkit listrik tenaga uap yang menggunakan batu bara.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015