Jakarta (ANTARA News) - Gempuran komik dari negara asing terutama Jepang dan Korea tidak berpengaruh besar terhadap eksistensi komik Indonesia.

Terbukti, minat masyarakat untuk mengikuti kompetisi membuat komik selalu tinggi, kata seorang praktisi komik Indonesia.

"Berkembangnya media sosial, ikut mengangkat dunia komik atau gambar ilustrasi di Indonesia. Pemain komik belia tidak sekadar berorientasi pada usaha penerbitan, tetapi membuat karya dengan seni artistik tinggi," kata Praktisi Komik Indonesia sekaligus dosen IKJ Beng Rahadian.

Beng mengemukakan hal itu  di sela peluncuran komik "Cuma di Indonesia" dan program kompetisi sketsa bertema Selamatkan Hutanku, Lestari Negeriku, "Faber Castell" Dukung Seniman Muda Berkarya, di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan seniman atau komikus Indonesia juga banyak berkarya untuk dunia internasional dan ide serta gambar-gambar mereka sudah dibeli oleh perusahaan animasi dunia.

"Karya-karya komik Indonesia masih soal fenomena sosial dan humor satir tetapi disajikan anak-anak muda dengan cerdas," katanya.

Beng mengatakan, banyak sekali komik atau ilustrasi yang disebar secara mandiri melalui jejaring media sosial.

Misalnya ketika ada fenomena sosial seperti korupsi atau bencana alam banjir, besoknya langsung bertebaran komik yang menyoroti fenomena tersebut.

Menurut dia komikus di Indonesia secara alami juga membuat komunitas sendiri. Bahkan komunitasnya sangat kuat.

Banyak komikus yang nekat buka gerai di even pameran internasional, karena sudah yakin karyanya bakal laku. Even komik terkenal di Singapura misalnya, banyak diisi komikus Indonesia yang jualan karya secata mandiri.

Ia mengatakan saat ini sudah banyak kampus yang memfasilitasi mahasiswa dengan talenta membuat komik.

"Contohnya di UI, sudah ada mata kuliah sendiri tentang membuat komik. Bahkan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), tempat Beng mengajar, ilmu komik menjadi mata kuliah pokok," katanya.

Terkait dengan potensi bisnis hingga mampu berpengaru pada ekonomi bangsa, Beng mengatakan, komik masih kalah dengan film.

Tapi suatu saat, jika dunia komik diurusi dengan serius, akan menyamai bahkan menyalip posisi film.

Dia mencontohkan di Amerika Serikat, banyak film-film laris yang justru diangkat dari komik. Seperti film Batman, Superman, dan sejenisnya.

Sementara itu, Managing Director PT Faber Castell International Indonesia Yandramin Halim menyebutkan, sebenarnya Indonesia memiliki banyak seniman dan komikus muda yang handal. Ide-ide mereka tergolong sangat orisinil dan berani.

Karena itu melalui komik kompilasi "Cuma di Indonesia" yang merupakan kumpulan karya para pemenang lomba komik Faber Castell tahun lalu, komikus muda diharapkan terinspirasi dan semangat untuk berkarya lebih banyak lagi.

Fransiska Remila, Brand Manager PT Faber Castell International Indonesia mengatakan, tahun ini pihaknya akan menggelar kembali lomba komik. Mengambil tema Selamatkan Hutanku, Lestari Negeriku, lomba ini terbuka untuk siswa SMP/SMA dan peserta umum.

Pewarta: Zita Meirina
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015