Ankara (ANTARA News) - Wajah parlemen Turki yang baru akan lebih beragam dengan hadirnya tiga wakil rakyat dari etnis Armenia yang tersebar dalam tiga partai berbeda dan juga sejumlah anggota legislatif lain dari kelompok-kelompok minoritas.

Kehadiran wakil-wakil dari etnis dan agama minoritas tersebut merupakan kemajuan besar dalam perpolitikan Turki--sebuah negara di mana kelompok non--Muslim sering mengeluh karena suara mereka tidak didengar. Mereka berhasil meraup suara rakyat yang besar dalam pemilihan umum Ahad lalu.

Tiga tokoh keturunan etnis Armenia tersebut adalah Selina Dogan dari Partai Rakyat Republik (CHP), Garo Paylan dari Partai Demokrasi Rakyat (HDP), dan Markar Eseyan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP).

Selain itu, politisi Ozcan Purcu dari CHP akan menjadi anggota parlemen Turki pertama dari etnis Roma.

Dari komunitas Yazidi, Feleknas Uca and Ali Atalan akan menjadi wakil mereka di parlemen. Sementara itu penganut Kristen Suriah juga akan mempunyai suara di lembaga legislatif dengan terpilihnya Erol Dora.

Parlemen Turki kini juga memiliki lebih banyak perempuan dengan jumlah 96 dari total 550 kursi. Dengan demikian, representasi perempuan di lembaga legislatif pada periode 2015-2019 akan naik menjadi 17 persen dari sebelumnya 14 persen.

Selina Dogan, legislator baru keturunan etnis Armenia, mengatakan bahwa dia terjun ke dunia politik untuk membantu mentransformasi masyarakat di negaranya.

"Saya tumbuh dalam keluarga sosial demokrat. Saya tidak pernah jauh dari aktivitas politik. Saya berjanji untuk tidak hanya mewakili suara Armenia namun juga para wanita Muslim Sunni yang terasing karena tidak memakai jilbab," kata dia.

Kehadiran tiga keturunan etnis Armenia dalam politik formal di Turki adalah sebuah simbolisme besar karena tahun ini bertepatan dengan satu abad pembantaian massal dan pengusiran besar-besaran etnis tersebut oleh Kekhalifahan Ottoman. Beberapa pihak bahkan menyebut peristiwa itu sebagai genosida.

Sebelum peristiwa yang terjadi pada 1915 itu, populasi Armenia yang tinggal di wilayah Kerjaan Ottoman adalah sekitar dua juta orang. Namun di era Turki modern, jumlah itu turun drastis hanya menjadi 60.000 jiwa dan kebanyakan dari mereka hidup di Istanbul.

Sementara itu Feleknas Uca, perempuan dari komunitas Yazidi yang kini juga menjadi anggota parlemen dari partai pendukung etnis Kurdi HDP, menyatakan bahwa misinya adalah "perdamaian."

"Turki kini menganut satu sistem berdasarkan satu kebangsaan, satu bahasa, dan satu agama. Misi kami adalah mengubahnya menjadi lebih banyak agama, lebih banyak bahasa, dan lebih banyak bangsa," kata Uca kepada AFP di kota Diyarbakir yang merupakan basis masyarakat Kurdi.

HDP, partai tempat Uca berasal, pada masa kampanye memang seringkali mendesak agar pemerintah Turki lebih menghargai multikulturalitas yang ada di negara tersebut. Dengan strategi itu, HDP berhasil meraup 13 persen suara.

Dari kelompok minoritas Kurdi, salah satu wakil baru mereka di parlemen adalah Dilek Ocalan yang juga berasal dari HDP.

Dilek Ocalan merupakan keponakan dari pemimpin Partai Pekerja Kurdistan (PKK) Abdullah Ocalan yang kini dipenjara karena memperjuangkan kemerdekaan selama beberapa dekade terakhir.

Kurdi adalah minoritas terbesari di Turki dengan prosentase sekitar 20 persen dari populasi keseluruhan yang berjumlah 76 juta jiwa, demikian AFP melaporkan.

(G005)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015