New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia jatuh pada Kamis (Jumat pagi WIB) setelah selama dua hari membukukan keuntungan, karena Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa lonjakan baru-baru ini dalam permintaan minyak mentah dunia akan berakhir.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, merosot 66 sen menjadi ditutup pada 60,77 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli turun 59 sen menjadi menetap di 65,11 dolar AS per barel di perdagangan London.

Dalam laporan bulanannya tentang pasar minyak, IEA mengangkat proyeksi permintaan 2015 menjadi 94 juta barel per hari, 300.000 barel per hari lebih tinggi dari tingkat sebelumnya.

Peningkatan perkiraan itu muncul setelah permintaan minyak dunia melonjak dalam tiga bulan pertama 2015.

Namun, IEA mengatakan ada "keraguan" bahwa beberapa alasan untuk peningkatan dalam permintaan -- seperti musim dingin di Eropa yang sangat dingin pada awal 2015 yang mengangkat permintaan pemanas -- akan terulang.

Selain itu, lembaga itu menunjuk "tanda-tanda bertahannya kelebihan pasokan" di pasar mengingat produksi minyak mentah AS masih tinggi dan rekor produksi dari anggota-anggota utama OPEC.

Pasokan OPEC naik tipis 50.000 barel per hari pada Mei menjadi 31,33 juta barel per hari, tingkat tertinggi sejak Agustus 2012, IEA mengatakan dalam Laporan Pasar Minyak.

Arab Saudi, Irak dan Uni Emirat Arab memproduksi pada tingkat rekor bulanan untuk memperetahankan produksi mereka lebih dari satu juta barel per hari di atas target pasokan resmi OPEC untuk bulan ketiga berjalan.

Produksi kartel menyumbang sekitar 40 persen dari produksi minyak mentah global. OPEC mempertahankan kuota produksi 30 juta barel per hari pada pertemuan Jumat lalu.

"Minyak kembali di bawah tekanan karena IEA melaporkan bahwa Arab Saudi, Irak dan Uni Emirat Arab memompa rekor jumlah minyak ke dalam pasar yang terasa masih kelebihan pasokan," kata Andy Lipow seorang konsultan energi Houston.

Analis juga menyebutkan kenaikan dolar pada Kamis. Minyak yang diperdagangkan dalam dolar, membuat komoditas lebih mahal di luar AS ketika greenback menguat.

Gene McGillian, pialang dan analis di Tradition Energy, mengatakan beberapa pedagang juga melakukan aksi ambil untung, setelah harga minyak naik sangat kuat selama dua hari.

(Uu.A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015