Jakarta (ANTARA News) - Iklan rokok menurut penelitian yang dilakukan oleh organisasi pemerhati anak dan remaja dapat berpengaruh untuk membuat mereka merokok.

"Mereka target yang efektif," kata psikolog Liza Marielly Djaprie, saat jumpa pers "Serangan Iklan Rokok di Sekitar Sekolah" di Jakarta, Senin (15/6).

Menurut psikolog dan praktisi hipnoterapi di Sanatorium Dharmawangsa ini, iklan produk tersebut, yang banyak mengedepankan kesan maskulin, tergolong "subliminal advertising", ekspos individu terhadap gambaran produk, nama dagang.

Secara tidak sadar, seseorang akan menyimpannya sebagai informasi ke alam bawah sadarnya.

Ketika muncul suatu hal yang berasosiasi dengan merk tertentu, misalnya warna, ia cenderung akan langsung mengingatnya.

Mengapa remaja lebih mudah terpengaruh?

Menurut Liza, remaja belum memiliki kapasitas berpikir yang matang dan cenderung mudah untuk dipengaruhi.

"Mereka cenderung ingin sama dengan teman sebaya," jelas dia.

Proses penyaringan informasi mereka belum sematang orang dewasa. Ketika misalnya, seorang remaja yang dikelilingi teman-teman yang perokok, ia akan mengkhawatirkan dirinya bila tidak berlaku sama seperti kawan-kawannya.

Ada baiknya bila orang tua mendampingi ketika anak melihat iklan rokok agar dapat memberi mereka pemahaman.

Saat melihat, kata Liza, orang tua dapat meminta pendapat anak tentang rokok dan bila anak merokok, mereka dapat mencari tahu apa yang menyebabkan mereka berlaku seperti itu.

"Misalnya 'Memang kalau keren harus merokok ya?'" kata dia memberikan contoh.

Orang tua pun sebaiknya memberi penjelasan yang dapat diterima oleh anak, tidak semata-mata menegaskan "jangan merokok".

Yayasan Pengembangan Media Anak bersama Lentera Anak Indonesia dan Smoke Free Agents melakukan penelitian terhadap 360 sekolah di Jakarta (166), Bandung (64), Padang (55), Mataram (26) dan Makassar (49) selama periode Januari-Maret 2015 mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas.

Dari sekolah yang mereka amati 32 persen iklan luar griya, seperti baliho, poster, spanduk maupun papan nama di halte, terlihat begitu siswa keluar dari gerbang sekolah.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015