Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah tipis sebesar 11 poin menjadi Rp13.359 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.348 per dolar AS.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa mata uang rupiah bergerak mendatar dengan kecenderungan melemah menyusul belum adanya kepastian waktu mengenai kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate).

"Rupiah bergerak melemah, padahal bank sentral AS (the Fed) belum akan menaikan suku bunganya. Akan tetapi, karena belum ada kepastian dari kenaikan suku bunga the Fed pelaku pasar cenderung menahan asetnya untuk masuk ke pasar mata uang berisiko," katanya.

Namun, ia menambahkan bahwa sentimen domestik muncul menyusul kondisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada April 2015 yang relatif stabil meski tercatat naik sebesar 7,8 persen (yoy), dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2015 yang sebesar 7,6 persen (yoy).

"Perkembangan ULN itu tergolong sehat, diharapkan ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang mempengaruhi stabilitas makroekonomi," katanya.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan dolar AS bergerak menguat menyusul prediksi pelaku pasar keuangan bahwa ekonomi Amerika Serikat akan mengalami perbaikan secara berkelanjutan.

"Di sisi lain, the Fed juga memberikan sinyal bahwa kenaikan suku bunga AS akan dilakukan tahun ini," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (18/6) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.341 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.367 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015