Kupang (ANTARA News) - Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur Yohanes Tay Ruba mengatakan, sebanyak 17 dari 22 kabupaten di daerah berbasis kepulauan itu setiap tahunnya sering dilanda gelombang panas El Nino sehingga harus selalu waspada.

Kewaspadaan itu perlu diimplementasikan dengan solusi nyata yahg telah ditawarkan para penyuluh pertanian lapangan di setiap daerah yang setiap tahunnya sering dilanda masalah kekeringan," katanya kepada Antara di Kupang, Senin.

Ia menggatakan hal itu terkait identifikasi Dinas Pertanian dan Perkebunan setempat terhadap daerah-daerah mana saja di NTT yang rawan diterpa gelombang panas El Nino yang dikabarkan mulai melanda sejak Juni hingga mencapai puncaknya pada November 2015.

Dia menyebut 17 kabupaten yang dimaksud itu antara lain, Kabupaten Ende, Lembata, Alor, Sumba Timur, Sumba Tengah, Kupang, Nagekeo, Flores Timur, Sabu Raijua, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sikka, Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS), Belu, Malaka, dan Sikka.

"Hanya lima kabupaten yang masih aman dari bencana kekeringan ini yakni Ngada, Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur dan Kota Kupang. Semua kabupaten mengalami kekeringan dan yang palin parah adalah 17 kabupaten itu," katanya.

Ia mengatakan, untuk mengatasi kekeringan ini, petani dianjurkan menyiapkan lahan untuk pada waktunya menanam tanaman umur pendek dan cepat dipanen.

"Tanaman umur pendek ini wajib dilakukan petani setempat karena cepat dipanen dan tidak terdahului kemarau panjang yang berdampak kekeringan," katanya.

Dia menyebut jenis tanaman padi INPARI 19 yang jenjang umurnya 94 hari sangat dianjurkan diminati petani karena tergolong varietas yang umur jenjangnya pendek.

"Kalau perlu yang umurnya 90 hari sudah dapat dipanen, jangan yang umurnya empat bulan karena nanti kehabisan air dan gagal panen," katanya.

Langkah lain yang harus diambil, katanya yaitu dengan merancang dan melaksanakan program padat karya penghijauan sekaligus untuk membuka lapangan kerja bagi pekerja yang sedang menganggur, sekaligus mencegah tindakan merusak hutan.

"Langkah menanam pohon dan tidak membakar hutan lewat program padat karya itu. Maka El Nino dapat diartikan dengan meningkatnya suhu muka air laut atau pemanasan global yang diprediksi terus akan berulang tahun, apabila tidak sejak dini dicegah," katanya.

Selain itu, katanya petani harus memanfaatkan embung, yakni cadangan air di pematang sawah untuk menampung air hujan. "Pemerintah setempat telah membangun sejumlah embung. Terutama embung yang sudah lima tahun ke atas dan telah menampung air, wajib dimanfaatkan untuk mengairi atau menyiram tanaman kalau terancaman kekeringan.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015