Serangan ini menunjukkan kegagalan besar di departemen intelijen dan keamanan pemerintah."
Kabul (ANTARA News) - Seorang pembom bunuh diri dari Taliban bersama enam pria bersenjata menyerang gedung parlemen Afghanistan pada Senin, melukai setidak-tidaknya 19 orang serta menyebabkan asap hitam menyelimuti kota Kabul.

Serangan ke lambang pusat kekuasaan di Afghanistan serta kemenangan Taliban di sejumlah daerah memunculkan pertanyaan terkait kesiapan pasukan pemerintah dalam menghadapi gerakan gerilyawan tanpa bantuan NATO, lapor Reuters.

Kekerasan menyebar di Afghanistan sejak penarikan pasukan asing pada akhir tahun lalu. Gerilyawan terus mendesak untuk merebut sejumlah wilayah dari pasukan pemerintah, yang dilatih NATO.

Serangan di ibu kota itu dimulai saat sebuah mobil berisi bom, yang dikendarai anggota Taliban, meledak di pintu gerbang kawasan gedung parlemen, kata juru bicara kepolisian Kabul, Ebadullah Karimi.

Karimi tidak menjelaskan bagaimana mobil tersebut bisa melewati sejumlah pos pengamanan sebelum sampai ke gerbang gedung.

Dia hanya menerangkan bahwa enam pria bersenjata telah siap di sebuah gedung dekat kawasan parlemen untuk melanjutkan serangan. Keenam orang tersebut pada akhirnya tewas setelah bertukar tembak dengan tentara selama dua jam.

Semua anggota parlemen saat ini aman, kata kepala kepolisian Kabul Abdul Rahman Rahimi. Tayangan di televisi menunjukkan ketua parlemen tengah duduk santai sementara anggota lain meninggalkan gedung--yang saat itu dipenuhi debu dan asap--tanpa panik.

Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

"Kami telah melancarkan serangan ke gedung parlemen bertepatan dengan rapat pengangkatan menteri pertahanan yang baru," kata juru bicara Taliban, Zahibullah Mujahid.

Sementara itu, sejumlah anggota parlemen menyatakan bahwa pihak keamanan seharusnya dapat mencegah serangan tersebut.

"Serangan ini menunjukkan kegagalan besar di departemen intelijen dan keamanan pemerintah," kata legislator Farhad Sediqi.

Sejak ditariknya pasukan NATO pada akhir tahun lalu, pihak Taliban--yang menguasai Afghanistan pada 1996 sampai 2001--memang terus melancarkan serangan di berbagai daerah.

Pada Senin, sudah dua distrik di Provinsi Kunduz yang jatuh ke tangan kelompok itu.

"Taliban berhasil menguasai distrik tersebut (Dasht-e-Archi dan Chardara) setelah mengepungnya selama berhari-hari, kata kepala distrik Nasruddin Saeedi yang kini tengah lari bersembunyi di ibu kota provinsi, Kunduz.

(Uu.G005/B002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015