Amerika Serikat (ANTARA News) - Satu lagi kontingen pemelihara perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertugas di Republik Afrika Tengah disangka melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak jalanan di Bangui, kata seorang juru bicara PBB pada Selasa.

Itu merupakan kasus ketiga terkait dugaan pelecehan seksual terhadap anak-anak yang melibatkan pasukan pemelihara perdamaian di negara itu yang mengemuka dalam beberapa bulan terakhir.

Misi PBB di Bangui telah memberitahu negara pengirim pasukan mengenai tuduhan-tuduhan baru tersebut dan telah melakukan penyelidikan, kata Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB.

Negara asal tentara yang diduga melakukan pelecehan seksual tersebut tidak disebutkan tetapi seorang pejabat PBB mengatakan pelaku merupakan bagian dari kontingen Afrika.

"Jika tuduhan-tuduhan terbukti, ini akan menjadi pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip PBB dan tata laku pemelihara perdamaian," kata dia seperti dilansir kantor berita AFP.

Ia menambahkan, "negara anggota itu akan diminta mengambil tindakan cepat dan memberikan hukuman setimpal terhadap para pelaku."

Dalam kasus sebelumnya, pasukan MINUSCA PBB telah meminta Maroko membuka penyelidikan formal setelah adanya tuduhan-tuduhan bahwa seorang tentaranya memperkosa seorang gadis yang berusia di kurang dari 16 tahun.

Satu laporan PBB yang dikeluarkan para penyelidik hak-hak asasi manusia tahun lalu membuat rincian pengakuan dari anak-anak di Republik Afrika Tengah yang mengatakan bahwa tentara Prancis, Chad dan Guinea Ekuatorial melakukan pelecehan seksual terhadap mereka.

Pelecehan seksual itu dilaporkan terjadi dari Desember 2013 hingga Juni 2014, beberapa bulan sebelum PBB mengambil alih misi Uni Afrika dengan pasukan MINUSCA.

Prancis mengumumkan tahun lalu bahwa 14 serdadunya menghadapi kemungkinan dakwaan-dakwaan dalam kasus tersebut ketika surat kabar the Guardian melaporkannya pada April.

Dalam perkara terkini, MINUSCA menerima tuduhan pada 19 Juni bahwa dua anak perempuan berusia kurang dari 16 tahun menjadi korban kekerasan seksual di Bangui menurut pejabat PBB.

Anak-anak perempuan yang sudah mendapat perawatan medis mengungkapkan kepada kelompok hak asasi lokal bahwa mereka mendapat makanan dan barang-barang sebagai imbalan seks dan bahwa pelecehan seksual itu mulai terjadi tahun 2014.

Pasukan yang bertugas di negara itu pada Senin diberitahu mengenai tuduhan-tuduhan tersebut dan diberi waktu sepuluh hari untuk memberi tahu PBB mengenai kebijakan yang disarankan menanggapi tuduhan serius itu.

Menurut ketentuan PBB, personel yang bertugas dalam operasi perdamaian bisa menghadapi tuntutan di negara asal.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Senin menugaskan tiga anggota panel untuk meninjau ulang penanganan tuduhan pelecehan seksual di Republik Afrika Tengah. Mereka akan mulai bekerja bulan depan dan menyampaikan laporan akhir dalam 10 pekan.

Satu laporan internal PBB bulan ini mengungkapkan bahwa tentara PBB rutin membeli seks dengan perhiasan, telepon genggam dan televisi di negara tempat mereka bertugas.

PBB mengerahkan 125.000 tentara pemelihara perdamaian dalam 16 misi di seluruh dunia. Pasukan MINUSCA ditugaskan pada September, menggantikan pasukan Uni Afrika yang dikirim untuk membantu pemulihan negara yang sebelumnya bergejolak karena kudeta itu.(Uu.M016)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015