Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore melemah sebesar 54 poin menjadi Rp13.304 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.250 per dolar AS.

"Dolar AS kembali bergerak di level positif terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah seiring dengan fokus pasar yang perlahan mulai bergeser dari Yunani ke prospek kenaikan suku bunga AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, pelaku pasar tampaknya mulai menggeser fokusnya ke faktor yang lebih umum yakni mengantisipasi kebijakan moneter the Fed (bank sentral AS) setelah data penjualan rumah baru di Amerika Serikat tercatat naik.

Selain itu, lanjut dia, prospek kenaikan suku bunga kian meningkat setelah the Fed mengatakan jika ekonomi Amerika Serikat akan siap menghadapi dua kenaikan suku bunga pada tahun ini, yaitu di bulan September dan Desember.

Ia menambahkan bahwa sentimen yang juga dinanti pasar yakni data produk domestik bruto (PDB) AS kuartal pertama. Data itu menunjukkan kesehatan ekonomi AS, jika mencatatkan hasil yang lebih bagus dari prediksi maka bisa mendorong penguatan nilai tukar dolar AS lebih tinggi ke depannya.

Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan bahwa negosiasi penyelesaian utang Yunani masih menjadi fokus sebagian pelaku pasar keuangan global menyusul akan diadakannya rapat para pejabat Eropa untuk membahas proposal baru Yunani.

"Indikasi diterimanya proposal untuk penyelesaian utang Yunani akan memberikan sentimen positif bagi instrumen aset beresiko," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (24/6) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.280 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.316 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015