Karachi (ANTARA News) - Gelombang panas terburuk dalam hampir 35 tahun yang melanda Karachi, Pakistan, telah menewaskan 1.000 orang lebih dan membuat kamar-kamar jenazah kehabisan tempat pada Kamis (25/6) menurut lembaga amal.

Pejabat senior organisasi amal Edhu Foundation, Anwar Kazmi, menuturkan, kantung-kantung berisi mayat ditumpuk di lantai kamar jenazah karena unit pendingin tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

"Unit pendingin tidak bekerja sebagaimana mestinya karena ada terlalu banyak jenazah," katanya.

Kazmi mengatakan lebih dari 1.000 orang telah meninggal dunia terkait panas. Pemerintah provinsi tidak berbuat banyak, hanya saling menyalahkan satu sama lain, katanya.

"Kami memberikan penghargaan kepada para dokter dan staf rumah sakit pemerintah yang bekerja tak kenal lelah merawat pasien yang jumlahnya tak terbatas," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters.

Rumah sakit-rumah sakit memanggil mahasiswa kedokteran untuk bekerja ekstra serta mengajukan permintaan barang-barang dasar seperti seprei dan usungan.

Banyak rumah sakit publik menyatakan warga menyumbangkan air es dan barang persediaan lain dan bahwa jumlah pasien perlahan menurun bersama penurunan temperatur.

Permintaan air dingin dan usungan dari rumah sakit Jinnah mendapat respons luar biasa, kata Dr. Tasneem Butt.

Dan kegiatan amal dilakukan untuk meminjamkan pendingin udara, kata Butt, yang teleponnya kemudian berdering karena ada penyumbang lain yang menelpon.

Selain itu tenda-tenda yang menawarkan air es dan garam rehidrasi sudah menjamur di sudut-sudut jalan, digelar oleh partai-partai politik oposisi dan militer.

Warga di satu permukiman menetak pipa air utama dan kemudian menari gembira dalam semprotan air.

Gelombang panas yang melanda kota berpenduduk 20 juta jiwa itu datang ketika pemutusan aliran listrik parah terjadi, menyebabkan banyak orang tanpa kipas angin, air atau cahaya pada awal bulan Ramadhan, ketika banyak Muslim berpuasa pada siang hari.

Suhu udara kota itu sampai 44 derajat Celsius pada akhir pekan, yang terpanas sejak 1981, namun kemudian turun menjadi 38 derajat Celcius pada Kamis. Para pemrakira memperkirakan hujan akan turun tapi sampai sekarang hujan belum juga datang.

 

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015