Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak melemah sebesar 50 poin menjadi Rp13.357 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.307 per dolar AS.

"Krisis utang Yunani membuat gejolak di pasar keuangan global, hal itu dikarenakan melibatkan banyak pihak," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, di Jakarta, Senin.

Di tengah kondisi seperti itu, lanjut dia, permintaan terhadap aset mata uang "safe haven" meningkat sehingga membuat nilai tukar dolar AS menguat tehadap mayoritas mata uang utama dunia.

Ia mengemukakan bahwa jumlah utang Yunani cukup besar dan tidak mungkin dapat terlunasi tanpa bantuan pihak luar. Dengan nilai produk domestik bruto (PDB) yang hanya sekitar 240 miliar euro, Yunani harus menanggung beban utang mencapai 323 miliar euro atau setara Rp4.700 triliun.

"Tidak heran jika banyak pihak pesimis, jika mendapatkan uang bailout pun pemerintahnya harus memakai dana itu untuk menambal utang sebelumnya yang jatuh tempo. Selanjutnya, mereka harus melakukan pemangkasan anggaran belanja super ketat sebagai konsekuensi kesepakatan dengan pihak kreditur," katanya.

Ia mengatakan bahwa pada Selasa besok (30/6), para petinggi negara zona Euro dan Bank Sentral Eropa akan kembali mengadakan rapat untuk membahas kelanjutan dana talangan Yunani dan kemungkinan Yunani mengalami gagal bayar.

Selain itu, lanjut dia, pasar juga akan menantikan referendum yang diadakan oleh pemerintah Yunani untuk meminta persetujuan rakyat Yunani mengenai pembayaran utang ke lembaga dana moneter Internasional (IMF) yang diadakan pada tanggal 5 Juli nanti.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (29/6) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.356 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.338 per dolar AS. 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015