Jika hal itu terjadi maka reshuffle akan membuat stabilitas politik dan ekonomi semakin buruk dan melemahkan."
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Daniel Johan mengatakan, menjelang reshuffle kabinet, ada upaya sistematis yang ingin memisahkan Jokowi dari akar partai pengusungnya.

"Jika hal itu terjadi maka reshuffle akan membuat stabilitas politik dan ekonomi semakin buruk dan melemahkan," kata Daniel di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu.

Anggota DPR ini menambahkan, kinerja menteri dan kondisi politik ekonomi selama 7 bulan terakhir harus menjadi pelajaran penting bagi Jokowi dalam mengambil kebijakan reshuffle. Pasalnya, kata dia, kondisi perekonomian Indonesia terus terpuruk.

Ia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar rupiah terus anjlok, inflasi dan harga kebutuhan pokok terus melambung tinggi. Tingkat kesejahteraan nelayan dan petani turun, demo dan ketidakpuasan nelayan disuarakan di banyak wilayah.

"Waktu pembentukan kabinet, Presiden didorong untuk menyingkirkan kader partai meskipun baik dan profesional. Tapi saat ini keterpurukan justru berasal dari menteri-menteri non parpol yang terbukti tidak memberi konstribusi mewujudkan nawacita dan janji Presiden," ungkap anggota DPR RI dari Kalimantan Barat itu.

Menurut dia kader parpol lebih baik ketimbang dengan kader non parpol yang saat ini duduk di Kabinet Kerja. Pasalnya kader parpol mempunyai dukungan politik di akar rumput serta punya dukungan politik di parlemen. "Sehingga kader-kader terbaik parpol sudah teruji dalam mengelola persoalan masyarakat," ujarnya.

Ditambahkannya, menyingkirkan kader partai politik di kabinet, sama artinya melemahkan sistem demokrasi

"Bila Presiden Jokowi ingin memperbaiki pemerintahannya, maka presiden harus benar-benar menggunakan hak prerogeratifnya  dengan memperkuat sistem demokrasi yang dianut sehingga pemerintah menjadi kuat  dan mandiri sesuai dengan Nawacita yang disampaikan Presiden Jokowi," demikian Daniel Johan.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015