Cilacap (ANTARA News) - Pertamina Refinery Unit IV Cilacap bersama Pertamina Shipping mengupayakan penyelamatan terhadap Kapal MT Martha Petrol yang tersangkut karang di sekitar Teluk Penyu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

"Upaya penyelamatan ini akan dilakukan pada hari Kamis (2/7)," kata General Affair and Legal Manager Pertamina RU IV Cilacap Eko Hernanto di Griya Patra Cilacap, Rabu malam.

Eko mengatakan hal itu kepada wartawan saat menggelar Doa Bersama dan Konferensi Pers terkait upaya penyelamatan Kapal MT Martha Petrol.

Menurut dia, sebagian isi kargo yang semula membawa muatan sebanyak 26.000 kiloliter minyak mentah sebenarnya sudah dipindahkan.

Akan tetapi, kata dia, muatan yang berhasil dipindah hanya sebanyak 5.000 kiloliter akibat cuaca buruk di perairan selatan Cilacap.

Terkait upaya penyelamatan tersebut, kata dia, pihaknya telah menyiapkan langkah antisipasi mengingat kondisi Kapal MT Martha Petrol sudah dinyatakan tidak layak lagi.

"Kami sudah antisipasi dengan menyiapkan peralatan untuk menangani kemungkinan terjadinya tumpahan minyak termasuk menyosialisasikan rencana kegiatan tersebut kepada nelayan melalui HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) Cilacap," katanya.

Vice President Marine Pertamina Shipping Joni Harsono mengatakan bahwa upaya penyelamatan Kapal MT Martha Petrol yang tersangkut karang sejak awal bulan Mei 2015 itu sebagai tindak lanjut permintaan dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Cilacap untuk menyandarkan kapal tersebut ke dermaga terdekat.

Menurut dia, upaya penyelamatan tersebut juga melibatkan KSOP Cilacap dan tim dari pemilik kapal.

"Kami akan mengerahkan tujuh tugboat dengan kekuatan total 25.000 horsepower (hp) atau hampir tiga kali kekuatan kapal sesungguhnya yang sebesar 9.000 hp," katanya.

Ia mengatakan bahwa pihaknya juga memantau prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait kondisi arus di sekitar Teluk Penyu.

Berdasarkan prakiraan cuaca tersebut, kata dia, upaya penyelamatan akan dilakukan pada hari Kamis (2/7), pukul 05.00-09.00 WIB, karena arus saat itu diprakirakan dalam kondisi tenang.

Menurut dia, hal itu didasarkan pada beberapa pertimbangan, yakni kondisi kapal berada dalam tahap darurat karena mesinnya tidak hidup dan "rudder" hilang.

Selain itu, lanjut dia, tingginya ombak di Teluk Penyu menyebabkan tali jangkar bagian kanan dan kiri putus sehingga diperlukan tiga "tugboat" yang menjaga sisi-sisi kapal tersebut agar posisinya tetap stabil.

"Upaya penyelamatan kapal dilakukan untuk mencegah hal-hal yang lebih buruk lagi, juga agar tidak mengganggu lalu lintas kapal-kapal lain," katanya.

Setelah dievakuasi dan disandarkan di Dermaga I Pelabuhan Tanjung Intan, kata dia, isi kapal akan dikeluarkan dan selanjutnya kapal dipindahkan ke fasilitas perbaikan.

Menurut dia, pihaknya sudah melakukan mitigasi terhadap segala potensi bahaya selama proses penarikan Kapal MT Martha Petrol dari Teluk Penyu ke dermaga.

Ia mengharap bantuan masyarakat untuk bersama-sama mengawasi proses penyelamatan kapal termasuk segera melaporkan ke Pertamina jika menemui hal yang mencurigakan selama proses evakuasi sehingga dapat segera dilakukan aksi tindak lanjutnya.

Sementara itu, Vice President Marine Operation Pertamina Shipping Putu Benedin mengatakan bahwa MT Martha Petrol merupakan kapal yang dimiliki salah satu perusahaan pelayaran nasional PT Waruna.

"Upaya penyelamatan ini wajib dilakukan tidak hanya terhadap kapal dan isinya, juga anak buah kapalnya. Jika kapal tidak segera dievakuasi dikhawatirkan bisa terbawa hingga wilayah Australia sehingga dapat menimbulkan masalah yang lebih besar salah satunya pencemaran," katanya.

Seperti diwartakan, fasilitas "Single Point Mooring" (SPM) Pertamina Refinery Unit IV Cilacap yang berlokasi sekitar 16 mil laut sebelah selatan Cilacap atau sekitar perairan selatan Pulau Nusakambangan mengalami kerusakan pada sambungan pipa karet (rubber hose) yang digunakan untuk menyalurkan minyak mentah dari kapal tanker menuju kilang.

Kerusakan tersebut terjadi pada tanggal 20 Mei 2015, pukul 22.54 WIB, dan pada saat yang sama sedang dilakukan aktivitas bongkar muat minyak mentah dari sebuah kapal tangker.

Akibatnya, minyak mentah yang disalurkan melalui pipa karet bawah laut itu merembes keluar dari sambungan sehingga tercecer di perairan selatan Nusakambangan.

Pertamina RU IV Cilacap pun segera menerjunkan tim penyelam untuk memperbaikan sambungan pipa karet (rubber hose) dan dapat segera ditangani.

Akan tetapi pada hari Senin (25/5), air Pantai Teluk Penyu tampak hitam akibat adanya genangan minyak mentah yang diduga sebagai sisa dari kebocoran pipa SPM maupun minyak mentah yang tidak terlokalisasi atau terhalang karang saat dilokalisasi sehingga terlepas hingga akhirnya terbawa gelombang ke pantai.

Setelah dilakukan uji laboratorium dan simulasi oleh Pertamina RU IV Cilacap, tumpahan minyak yang mengotori Pantai Teluk Penyu bukan berasal dari SPM.

Hal itu disebabkan, jenis minyak pada SPM berupa "Arabian Light Crude" (ALC) sedangkan tumpahan minyak di Pantai Teluk Penyu berupa "Marine Fuel Oil" (MFO) 180.

Minyak mentah MFO 180 itu diduga berasal dari kapal MT Martha Petrol diketahui kandas di lepas pantai Teluk Penyu dan mengenai batu karang dengan posisi miring hingga lambungnya mengalami kerusakan pada tanggal 3 Mei 2015.

Sejauh ini, Kapal MT Martha Petrol telah dievakuasi dari karang sejauh 3 mil dan pada hari Kamis (2/7) akan dipindahkan ke dermaga terdekat. 

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015