Batam (ANTARA News) - Kabupaten Natuna kini dalam kondisi nyaris terisolir setelah PT Pelni mengalihkan pelayaran dua kapalnya dari Natuna ke Kalimantan dan Jawa pada musim mudik Lebaran.

"Itu Kapal Bukit Raya dan Lawit dialihkan ke Kalimantan dan Jawa, karena jumlah penumpang di sana lebih banyak," kata Kepala Dinas Perhubungan Kepri Muramis di Batam, Kamis.

Akibatnya, kini transportasi ke Natuna hanya bisa melalui dua penerbangan komersial yang harganya relatif mahal.

Muramis mengatakan Gubernur Kepulauan Riau sudah mengupayakan agar Pelni tetap mengadakan pelayaran ke Natuna, agar bisa melayani warga Natuna saat mudik Lebaran.

Pemerintah pusat bersama PT Pelni bersedia untuk mengganti pelayaran KM Bukit Raya dan KM Lawit, dengan KM Kalimutu selama musim mudik Lebaran. Namun sampai saat ini belum mendapat kepastian.

"Masih dalam proses, jadwalnya menyusul," kata dia.

Terpisah, warga Kabupaten Natuna, Fadilah mengeluhkan penghentian sementara pelayaran kapal Pelni ke daerah perbatasan NKRI itu.

"Kami itu sudah nyaris terisolir. Harga tiket pesawat mahal. Tidak semua warga bisa membeli tiket pesawat," kata dia.

Harga tiket pesawat komersil dari Batam-Natuna mencapai Rp1,75 juta, kata dia. Dan itu di luar kemampuan warga Natuna yang mayoritas nelayan.

Apalagi, kata dia, semenjak pesawat Hercules C-130 yang biasa terbang ke Natuna jatuh di Medan Sumatera Utara, awal pekan ini, belum ada kepastian penerbangan sipil menggunakan pesawat TNI AU. Padahal itu sangat membantu warga Natuna untuk mencapai daerah-daerah di Pulau Jawa dan Sumatera.

Ia berharap pemerintah dapat memberikan jalar keluar dengan mengadakan alat transportasi yang murah dan aman untuk masyarakat, terutama yang berada di pulau-pulau kecil di nusantara.

Pewarta: Jannatun Naim
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015