Jakarta (ANTARA News) - Pada Hari Kemerdekaan Amerika Serikat (AS) yang diperingati setiap 4 Juli, kembang api menjadi sebuah tradisi favorit rakyat AS.

Namun, situs livescience merilis indahnya warna-warni kembang api bisa menyebabkan meningkatnya polusi udara.

Para peneliti dalam penelitian terbaru menganalisa informasi lebih dari 300 situs pengamatan kualitas udara diseluruh AS, dari tahun 1999 hingga 2013. 

Para peneliti mengamati tingkat yang disebut zat partikel halus-partikel-partikel kecil yang bisa terserap masuk ke dalam paru-paru dan dihubungkan dengan sejumlah masalah kesehatan.

Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi partikel halus yang diambil lebih dari periode 24 jam, 42 lebih besar pada tanggal 4 Juli, dibanding dengan beerapa hari sebelum dan sesudah hari besar itu.

Peningkatan pada partikel halus paling tinggi pada jam 9 malam hingga jam 10 malam pada tanggal 4. Selama jam itu, konsentrasi partikel halus meningkat 21 mikro gram per kubik meter (µg/m3), membuat jumlah konsentrasi tersebut mendekati batas Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) untuk periode 24 jam, yakni 35 µg/m3. 

 Pada tingkat lokal, peningkatan partikel halus bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk cuaca dan kedekatan kembang api terhadap situs pengamatan.

Pada satu situs di Utah, di mana kembang api dinyalakan di sebuah lapangan di dekat situs pengamatan kualitas udara, konsentrasi zat partikel meningkat 370 persen pada hari besar itu, di atas standar EPA.

Paparan terhadap partikel halus, seperti yang ada di asap dan kabut tipis dikaitkan dengan sejumlah efek negatif kesehatan seperti batuk, mengi atau "wheezing", nafas pendek, serangan asma dan bahkan serangan jantung, stroke dan kematian dini, berdasarkan EPA.

Orang yang mengalami risiko terbesar masalah dari partikel halus adalah mereka yang memiliki penyakit jantung atau paru-paru, orang tua dan anak-anak.

Penemuan dari penelitian itu menjadi "peringatan lain bagi mereka yang mungkin secara khusus sensitif terhadap dampak dari partikel halus," kata Dian Seidel, peneliti yang juga seorang ilmuwan senior di Laboratorium Sumber Daya Udara National Oceanic and Atmospheric Administration's (NOAA) di College Park, Maryland.

EPA merekomendasikan orang yang sensitif terhadap partikel halus coba membatasi paparan mereka terhadap kembang api, baik dengan melihatnya dari berlawanan arah angin atau sejauh mungkin.

Meski penelitian sebelumnya telah mencatat peningkatan partikel halus akibat pertunjukan kembang api, penelitian terbaru ini adalah yang pertama mengukur efek kembang api di seluruh AS.

"Kami pilih 4 Juli, tidak untuk membuat sedih perayaan kemerdekaan Amerika, tapi karena itu adalah cara terbaik untuk melakuka studi secara nasional terhadap dampak kembang api pada kualitas udara," kata Dian.

Hasil-hasil tersebut akan membantu meningkatkan prediksi kualitas udara, yang saat ini tidak bertanggung jawab sebagai sumber polusi udara.

" Negara bagian diijinkan melebihi standar EPA selama 24 jam konsentrasi partikel halus, jika mereka mampu menunjukkan peningkatannya karena pertunjukkan kembang api, atau "peristiwa perkecualian" lainnya, kata peneliti.

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015