Sinergi untuk menyediakan jasa pengiriman barang dengan pesawat menjadi upaya pengurangan masalah dwelling time yang sedang terjadi di pelabuhan,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan kerja sama distribusi barang dengan memanfaatkan angkutan udara yang dilaksanakan bersama Maskapai Garuda Indonesia menjadi salah satu usaha pemerintah mengurangi masalah lambatnya penanganan muatan kapal atau "dwelling time".

"Sinergi untuk menyediakan jasa pengiriman barang dengan pesawat menjadi upaya pengurangan masalah dwelling time yang sedang terjadi di pelabuhan," ujarnya di Jakarta, Kamis.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada Juni 2015, penanganan proses impor barang di Pelabuhan Tanjung Priok membutuhkan waktu sebagai berikut, precustoms clearance selama 3,6 hari, dilanjutkan dengan customs clearance selama 0,6 hari, kemudian yang terakhir adalah post customs clearance selama 1,3 hari.

Seluruh proses bongkar muatan kapal itu memakan waktu selama 5,5 hari, dimana angka tersebut belum sesuai target pemerintah, yaitu 4,7 hari.

Terkait dengan masalah tersebut, Rachmat menilai pemanfaatan transpotasi udara untuk distribusi barang kelak dapat mengurangi penuhnya antrean muatan yang ada di pelabuhan, karena jumlah barang yang ditangani pelabuhan kemudian akan menjadi lebih sedikit.

Selain itu, ia mengatakan pelayanan yang cepat juga menjadi keunggulan angkutan udara dibandingkan dengan angkutan laut, kelebihan ini juga didukung dengan waktu tempuh distribusi barang yang akan lebih cepat ketika mengunakan layanan transportasi udara.

Oleh karena itu, kecepatan waktu tersebut kemudian dapat dimanfaatkan para eksportir barang konsumsi, yang produknya tidak bertahan lama agar dapat tetap menyediakan barang yang segar, sehingga aktivitas perdagangannya jadi lebih menguntungkan, tambahnya.

Pewarta: Agita Tarigan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015