Kalau boleh menyarankan, perbaikan itu dilaksanakan setelah arus mudik dan balik selesai, yakni setelah H+15 nanti. Kalau sekarang, ini bisa mengganggu aktivitas kapal
Sampit, Kalteng (ANTARA News) - Perbaikan kerusakan ikon daerah patung jelawat di bantaran Sungai Mentaya Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, dikhawatirkan bisa mengganggu arus mudik Lebaran melalui Pelabuhan Sampit.

"Kami mendapat surat dari pemerintah daerah yang meminta posisi kapal dimundurkan karena ada tongkang melakukan perbaikan ikon jelawat pada 6-25 Juli. Kenapa begitu? Padahal di pelabuhan ini justru semakin sibuk karena lonjakan arus mudik," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Operasional Pelabuhan Sampit, Benny Noviandinudin di Sampit, Jumat.

Posisi ikon patung jelawat dan Pelabuhan Sampit berdampingan. Akibat keberadaan ikon daerah itu yang terlalu menjorok ke tengah sungai saja, kini dikeluhkan nakhoda karena mengganggu manuver kapal yang hendak sandar dan berangkat dari pelabuhan itu.

Kendala itulah yang diduga menjadi penyebab dua kali ikon jelawat ditabrak kapal yaitu tongkang pengangkut batu bara dan kapal penumpang KM Kirana I. Akibat kejadian itu, kedua perusahaan dituntut harus bertanggung jawab mengganti kerugian total mencapai Rp 552 juta.

Saat ini penumpang arus mudik meningkat dan dipastikan akan terus bertambah hingga menjelang Lebaran. Saking padatnya, KSOP bahkan membuat kebijakan menggeser aktivitas bongkar muat kapal barang ke arah utara untuk memberi prioritas kepada kapal penumpang selama musim mudik dan balik Lebaran ini.

"Kalau kapal disuruh mundur, mau ke mana lagi. Saat ini justru sedang padat-padatnya. Kami meminta perhatian. Mengendalikan kapal ini tidak seperti orang memarkir mobil. Kondisi sekarang ini riskan kecelakaan padahal kapal mengangkut ratusan bahkan seribu lebih penumpang," ucap Benny.

Kepala PT Pelayaran Nasional Indonesia Cabang Sampit, Lamson Ompusunggu juga mengeluhkan rencana ini. Dia yakin jika ini dilaksanakan maka akan mengganggu arus mudik kapal di Pelabuhan Sampit.

"Kalau boleh menyarankan, perbaikan itu dilaksanakan setelah arus mudik dan balik selesai, yakni setelah H+15 nanti. Kalau sekarang, ini bisa mengganggu aktivitas kapal. Bangunan jelawat itu saja sudah menjorok ke tengah sungai, apalagi nanti kalau ada kapal tongkang di depannya," kata Lamson.

Belum ada keterangan dari Dinas Pekerjaan Umum terkait masalah ini. Ketua Komisi IV DPRD Kotim, Jainudin Karim berjanji akan segera memanggil Dinas Pekerjaan Umum untuk menjelaskan masalah ini.

"Kami akan meminta keterangan dulu dari Dinas PU. Nanti kita sarankan kalau bisa perbaikan itu ditunda setelah arus balik karena saat ini arus mudik sedang padat sehingga dikhawatirkan bisa mengganggu dan membahayakan," ucap Jainudin. 

Pewarta: Norjani
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015