Jakarta (ANTARA News) - Obat penurun kolesterol, statin, yang diminum ratusan orang dapat meningkatkan sifat menyerang pada wanita, demikian para ilmuwan mengklaim. 

Sebaliknya, obat tersebut justru cenderung menurunkan sifat kasar pada laki-laki, berdasarkan penelitian pada 1.000 orang seperti dilansir Daily Mail.

Sekitar tujuh juta orang Inggris meminum obat yang angkanya terus naik banyak di tahun-tahun medatang.

Badan pengawasan obat pemerintah, Nice, merekomendasikan semua orang dewasa di atas 50 dengan 10 persen risiko memiliki penyakit jantung, harus minum obat. Ambang batas sebelumnya adalah 20 persen.

Para Ilmuwan di Universitas California, San Diego School of Medicine, memulai penelitian mengingat keterkaitan sebelumnya antara statin dan sifat lekas marah serta kekerasan tidaklah konsisten.

Peneliti uatama Beatrice Golomb, profesor kedokteran mengatakan, penelitian itu terpicu penelitian sebelumnya yang dilakukan hanya pada laki-laki menunjukkan bahwa obat penurun kolesterol telah meningkatkan risiko "aksi kekerasan" pada laki-laki.

Beatrice mengatakan: "Ada laporan dari beberapa orang yang sering mengalami mudah marah atau kekasaran saat mengkonsumsi statin." "Kami ingin punya pemahaman yang lebih baik bagaimana statins mungkin menpengaruhi sifat kasar." 

1.000 laki-laki dan perempuan pasca-menopause dalam studi itu diminta meminum satu dari dua statin; simvastatin atau pravastatin, atau pengobatan plasebo selama enam bulan.

Baik peneliti maupun partisipan percobaan tak ada yang tahu siapa yang menerima obat atau yang menerima pengobatan placebo.

Merek diminta menulis diary interaksi mereka dengan orang lain. Catatan itu kemudian dianalisa dan dinilai untuk julah perilaku agresif terhadap orang lain, dirinya sendiri atau pun obyek pada minggu sebelumnya.

Para peneliti juga mengukur dua faktor utama yang dikaitkan dengan sifat kasar: tingkat hormon testoteron dan masalah tidur-keduanya diketahui terpengaruh simavastatin. Penelitian menemukan jenis kelamin terpenegaruhi secara berbeda.

Wanita pasca-menopause ditemukan mengalami peningkatan sifat kasar, dengan dampak "lebih kuat pada wanita yang memulai dengan agresi yang rendah."

Efek pada laki-laki lebih kompleks-tiga partisipan laki-laki menunjukkan "peningkatan agresi yang sangat banyak." 

Namun ketiga laki-laki itu dikeluarkan dari analisa, ada penurunan perilaku agresif yang signifikan pada pria. Penurunan sangat kuat terjadi pada pria yang lebih muda, di mana pada umumnya, mereka cenderung lebih agresif, kata Professor Golomb.

Para peneliti menemukan bahwa setetes simvastatin pada testoteron berhubungan dengan banyak tetesan pada perilaku agresif.

Dua dari tiga laki-laki yang mengembangkan perilaku sangat agresif ditemukan mengalami masalah tidur yang lebih buruk saat mengonsumsi simvastatin – dan gangguan tidur dianggap menjadi alasan yang mungkin untuk perubahan itu.

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015