Jakarta (ANTARA News) - Kelompok paduan suara The Archipelago Singers menjadi satu-satunya kelompok paduan suara Indonesia yang akan bersaing pada Kompetisi Paduan Suara Internasional Andrea O. Veneracion, Manila, Filipina, pada 22--25 Juli 2015.

Ini adalah ajang  paduan suara prestisius di Asia yang namanya diambil dari musisi Filipina bernama Andrea Ofilada Veneracion (11 Juli 1928- 9 Juli 2013). 

Kompetisi ini diselenggarakan oleh institusi budaya termana Filipina, The Cultural Center of the Philippines, bekerja sama dengan salah satu paduan suara terbaik dunia dan UNESCO Artist for Peace, the Philippine Madrigal Singers. Kompetisi ini akan dinilai lima pakar paduan suara ternama dunia dari lima benua.

"The Archipelago Singers sangat bangga menjadi salah satu peserta untuk mewakili Indonesia bertanding pada kategori Paduan Suara Kamar (Chamber Choir) dan Lagu Rakyat (Folksong)," ujar Maria Gabriella da Silva, salah seorang penyanyi sopran The Archipelago Singers.

The Archipelago Singers adalah paduan suara Indonesia yang didirikan pada 2008 oleh sekelompok orang yang meminati dan mengagumi musik paduan suara.

Nama The Archipelago Singers dipilih untuk menggambarkan Indonesia.

Seperti namanya, kelompok ini berkomitmen menjadikan paduan suara sebagai sarana mempromosikan semangat "Bhinneka Tunggal Ika" melalui musik.

The Archipelago Singers membawakan musik paduan suara dari berbagai jenis, dari klasik dan pop hingga lagu-lagu tradisional Indonesia.

Kelompok paduan suara ini juga aktif tampil dalam berbagai acara dan konser, termasuk konser-konser sukses: "Peace, I Leave With You (2009), "Pray and Sway" (2011), "Untuk Indonesia" (2012), "Musica Indonesiana" (yang diadakan di Jerman) (2012), "Love Dimesion" (2013), “Enlightened” (2013), "Special Concert: Inspiring Songs for Inspirational Teachers" (2014), "Cultura" (2014), dan "Amore" (2015).

Maria mengungkapkan serangkaian persiapan telah dilakukan demi mempersembahkan penampilan terbaik mereka di Filipina.

Komposisi  yang diaransemen khusus, latihan rutin, hingga puncaknya menggelar konser prakompetisi sebelum tim berangkat ke Filipina.

Konser prakompetisi ini dijuduli  "The Archipelago and the Pearl of the Orient" dan digelar di Usmar Ismail Concert Hall, Jakarta, Minggu 28 Juni 2015.  Di sini mereka membawakan lagu-lagu yang akan mereka nyanyikan di Filipina nanti.

Ada 14 komposisi yang dibawakan The Archipelago Singers dalam konser prakompetisi, antara lain "Kusinilo Bao" yang merupakan komposisi paduan suara baru yang dibuat khusus untuk The Archipelago Singers oleh komposer paduan suara kenamaan dunia asal Filipina, Nilo Alcala.

Melalui arahan konduktor muda berbakat, Ega O Azarya, mereka juga membawakan salah satu lagu rakyat Indonesia "Soleram" yang diaransemen komposer choir tingkat dunia Josu Elberdin dari Spanyol.

Ada juga lagu rakyat Filipina "Patulog Na Nene" yaitu lagu pengantar tidur anak (seperti lagu Nina Bobo di Indonesia) dan "Pasigin" yang mengisahkan nelayan yang mencari ikan.

"Konser ini unik karena memadukan karya paduan suara klasik karya komposer internasional dan komposer Indonesia serta aransemen paduan suara dari lagu-lagu rakyat Indonesia yang menggambarkan kekayaan musik dan budaya tradisional Indonesia," kata Maria.

Hobi

Berawal dari minat sama bernyanyi lewat paduan suara, sekelompok orang beragam profesi dan usia membentuk "The Archipelago Singers".

Atas nama minat dan kesukaan sama itu mereka rela jatuh bangun membesarkan dan "menghidupi" kelompok paduan suaranya.

Dengan anggota 60 orang, mereka membiayai sendiri seluruh kegiatan seperti latihan, prakonser, hingga konser mereka, baik di dalam maupun di luar negeri.

"Karena kami choir independen, dana kami kumpulkan swadaya, dicicil setiap bulannya untuk beli tiket pesawat, book hotel, kostum, dan biaya operasional latihan," ujar Maria.

Dana yang harus dikumpulkan sangat besar dan disebut Maria tersedot untuk membeli atau memesan lagu-lagu khusus dari komposer-komposer.

"Biaya terbesar kebanyakan di beli lagu dan biaya operasional latihan. Karena ada hak cipta yang harus kami bayar kepada komposernya. Jadi kami memiliki lagu-lagu itu secara eksklusif," katanya tanpa menyebutkan jumlah dana terkumpul itu.

Yang jelas exclusive right untuk lagu yang benar-benar baru atau world premiere berharga antara 2.000-2.500 dolar AS.

"Kami ingin membiasakan agar orang-orang bisa menghargai hak cipta, apalagi untuk seniman. Jadi enggak main kopi aja," jelasnya. 

Selain dihadapkan pada persoalan dana, mereka juga dihadapkan pada tantangan menghimpun seluruh anggota untuk hadir dalam latihan-latihan.

"Persiapan konser prakompetisi di Usmar Ismail Hall ini sudah dilakukan sejak Desember 2014, diadakan audisi dan latihan-latihan rutin. Karena kesibukan dan perbedaan profesi anggota, latihannya diadakan Sabtu dan Minggu sekitar 6-7 jam per harinya," kata Maria yang adalah juga Humas sebuah perusahaan nasional di Jakarta itu.

Porsi latihan itu sangat tidak cukup sehingga setiap anggota harus menambah porsi latihan mandiri di rumah atau dalam kelompok-kelompok kecil pada hari biasa.

"Persoalan membagi waktu dan menjaga kesehatan juga lumayan menantang. Beberapa dari kami sempat tumbang, tapi kami berusaha saling care dan menguatkan satu sama lain," kata Maria.

Berprestasi

Sejak didirikan 2008 silam, kelompok paduan suara beranggotakan penyanyiberagam profesi ini telah mencatatkan prestasi.

Konser-konser mereka mendapat sambutan positif dari publik. Latihan intensif dan disiplin telah mengantar mereka ke kemenangan pada sejumlah kompetisi dunia, dari "Peace, I Leave With You (2009), "Pray and Sway" (2011), "Untuk Indonesia" (2012), "Musica Indonesiana" (yang diadakan di Jerman) (2012), "Love Dimesion" (2013), “Enlightened” (2013), "Special Concert: Inspiring Songs for Inspirational Teachers" (2014), "Cultura" (2014), sampai "Amore" (2015).

Pada 2012, The Archipelago Singers berhasil menjadi Juara I kategori Lagu Rakyat (sekaligus meraih Public Prize) dan Juara II kategori Musik Paduan Suara Klasik (sekaligus meraih Golden Diploma for excellent international achievement) pada Kompetisi Paduan Suara Internasional ke-9 di Miltenberg, Jerman.

Selanjutnya, Juli 2014, mereka mengukir prestasi gemilang pada kompetisi paduan suara internasional yang prestisius. Mereka menjadi Juara I kategori Paduan Suara Campuran (dan dianugerahi Generalitat de Catalunya Award) dalam Festival Paduan Suara Internasional Cantonigros ke-32 di kota Vic, Spanyol.

Penghargaan ini membuat The Archipelago Singers paduan suara pertama Indonesia yang menjadi juara pertama dalam sejarah panjang kompetisi ini.

Pada Kompetisi Paduan Suara Internasional Habaneras dan Polifoni ke-60 di  kota Torrevieja, Spanyol, The Archipelago Singers juga Juara I untuk kategori Polifoni (sekaligus meraih Costa Blanca Award) dan Penghargaan Khusus Interpretasi Terbaik Lagu Habaneras Popular (sekaligus menerima Fransisco Vallejos Special Award).

Sederet prestasi yang dicetak The Archipelago Singers adalah buah manis yang mereka petik setelah serangkaian proses bermusik nan panjang.

Kedisiplinan dan totalitas dalam berkarya telah membuahkan hasil.

Pada akhirnya persoalan waktu latihan dan dana bukan lagi menjadi hambatan, tetapi menjadi tantangan yang harus ditaklukkan.

"Kalau untuk dana bagi kami adalah sesuatu yang challenging dan masih bisa diusahakan. Yang kami harapkan sebetulnya adalah dukungan dari perwakilan pemerintah Indonesia di luar negeri untuk menggerakkan warga yang tinggal di sana untuk menonton atau suporter. Karena biasanya kalau kita menang (pada kompetisi di luar negeri), kita tepuk tangan sendiri," ujar Maria diiringi tawa.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015