Jakarta (ANTARA News) - Badan Narkotika Nasional berhasil mengungkap tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang berasal dari peredaran gelap narkotika dengan total nilai sekitar Rp13 miliar dalam bentuk uang tunai maupun aset lainnya dari tersangka ABD (pria, WNI, 36 tahun, bandar) dan AH (pria, WNI, 51 tahun, kaki tangan ABD).

Dari siaran pers BNN pada Senin, menyebutkan ABD merupakan bandar narkoba yang berhasil ditangkap BNN, Minggu (15/2) lalu di rumahnya yang beralamat di Gang Satria, Dusun Pusara, Desa Birem Puntong, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Aceh.

Tersangka ABD diketahui menjalankan bisnis narkoba dengan cara membeli sabu yang diselundupkan ke Indonesia melalui jalur darat dari warga negara Malaysia berinisial J dan A, yang saat ini masih dalam pengejaran.

Sedangkan tersangka AH ditangkap oleh BNN di rumahnya yang beralamat di Perumahan Central Park, Surabaya, Jumat (12/6).

Dari hasil penyidikan, AH diketahui memiliki 114 rekening untuk melakukan transfer, dimana puluhan rekening diantaranya atas nama SKH (istri AH), ATH (adik AH), dan beberapa pegawainya.

Terkait modus operandinya, tersangka ABD melakukan perdagangan gelap narkotika sekitar 10 kg sampai dengan 40 kg setiap bulannya di Indonesia melalui dua kali pengiriman dari Malaysia. Dari hasil penjualan tersebut, ABD setiap bulannya mentransfer kepada AH sebesar kurang lebih Rp50 miliar.

Transfer dilakukan ke beberapa rekening dengan nama yang berbeda agar sulit terlacak.

Sementara tersangka AH bekerja sama dengan SM (WN Malaysia) yang memiliki usaha money changer di Malaysia dan mengurusi pengiriman uang dari TKI di Malaysia yang akan mengirim uang ke Indonesia.

Uang dari para TKI di Malaysia yang akan dikirim kepada keluarga di Indonesia diberikan kepada bandar narkotika di Malaysia sebagai pembayaran narkoba yang dipesan oleh ABD.

Kompensasinya, SM memberikan data identitas TKI yang mengirimkan uang kepada keluarganya di Indonesia.

Selanjutnya tersangka AH yang akan membayarkan uang kepada keluarga TKI di Indonesia dari uang perdagangan Narkoba yang ditransfer oleh ABD. Dengan demikian tidak ada perlintasan uang dari Malaysia ke Indonesia maupun sebaliknya.

Keuntungan yang dimiliki oleh ABD dari hasil perdagangan narkoba dan pencucian uang tersebut kemudian dibelikan sejumlah tanah, kendaraan, dan kepemilikan aset lainnya atas nama keluarga dan orang-orang terdekatnya dengan kepemilikan berbagai nama untuk menghilangkan jejak.

Sementara barang bukti yang disita dari tersangka ABD:

1 (satu) unit mobil Vellfire

1 (satu) unit mobil BMW

1 (satu) unit mobil Honda CR-V

1 (satu) unit mobil Nissan X-Trail

Uang dalam rekening Rp. 829.250.000

Tanah/rumah seluas 1.146 M2 di Langsa

Tanah/rumah seluas 1.476 M2 di Binjai

Tanah seluas 182 M2

Kebun karet seluas 379,37 Ha di Aceh Timur

Tanah seluas 10. 224 m2 di Aceh Timur

Tanah seluas 12. 510 m2 di Aceh Timur

Lahan pertanian seluas 11. 247 m2 di Aceh Timur

Lahan pertanian seluas 11. 548 m2 di Aceh Timur

Tanah kering seluas 395 m2 di Aceh Timur

Tanah seluas 442 m2 di Aceh Timur

Tanah seluas 16. 419 m2 di Aceh Timur

Dengan perkiraan sementara total: Rp10 miliar.

Adapun hasil sitaan dari tersangka AH:

1 (satu) unit rumah di perumahan Central Park Surabaya.

1 (satu) unit mobil Avanza

1 (satu) unit mobil Grand Livina

Uang tunai sebanyak Rp285 juta dan beberapa rekening masih dalam penelusuran dengan perkiraan sementara total Rp3 miliar.

Atas perbuatannya kedua tersangka dikenakan pasal 3, 4, dan 5 UU No.8 tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dengan dugaan telah melakukan perbuatan melawan hukum menyimpan, mentransfer, menerima, dan menikmati uang hasil kejahatan narkotika.

Lebih lanjut BNN akan menganalisa dan menelusuri aset para tersangka, bekerja sama dengan PPATK, pihak perbankan, dan Interpol guna mengejar dan menangkap para DPO yang merupakan warga negara Malaysia

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015