Jakarta (ANTARA News) - Pengemis bisa dijumpai di seluruh Saudi Arabia bahkan di kota-kota dan pedesaan, terutama selama bulan suci Ramadhan.

Di saat beberapa memang benar-benar membutuhkan, ada banyak orang yang memperdagangkan wanita anak-anak ke Kerajaan Saudi dan menjalankan sindikat pengemis yang luas.

Koran Al-Riyadh yang dikutip Al Arabia News, Senin, berbicara kepada beberapa tokoh pemerintah untuk dimintai pendapat ahli mereka atas solusi menghentikan kehadiran pengemis di jalan-jalan kerajaan.

Sheikh Mufti besar Saudi Arabia Abdulaziz Al-Asheikh mengatakan orang-orang seharusnya tidak memberi uang pada pengemis yang berada di dekat lampu merah, rumah-rumah dan jalanan.

"Memberi mereka uang menghambat upaya pemerintah mencoba menghilangkan pengemis," kata Abdulaziz.

"Mereka yang memiliki surat-surat dan menyatakan mereka menderita masalah kesehatan dibebaskan dan tidak masalah jika memberi uang pada mereka namun bukan dari uang zakat karena lamanya masalah kesehatan tidaklah diketahui oleh masyarakat umum. Contohnya, selain sakit, mungkin mereka masih mampu bekerja namun malah memilih mengemis," tambahnya.

Keadaan yang sulit Abdulrahman, seorang bocah 10 tahun yang berdiri di dekat lampu merah untuk mengemis mngatakan uang yang didapatnya membantu keluarganya untuk bertahan hidup. Ayahnya menderita penyakit jiwa yang tak diketahui dan tidak bekerja.

Abdulrahman menghasilkan 100 Riyal Saudi sehari namun itu tidaklah umum bagi pengemis untuk bisa menghasilkan dua atau tiga kali dari jumlah itu.

Salim, seorang pasin diabetes yang terlihat mengemis di dekat pom bensin mengklaim dia memperoleh antara 200 Riyal dan 300 Riyal per hari.

Salih Al-Saqabee, mantan kepala deputi Komite Nasional Pengacara mengatakan kebanyakan pengemis berakhir dengan melakukan aktivitas kriminal.

Dia mengatakan sindikat pengemis seringnya dijalankan oleh orang-orang yang tujuan utamanya hanya mendapatkan uang. Untuk menanggulangi masalah itu, statistik akurat atas jumlah pengemis diperlukan.

Kebanyakan pemgemis adalah pekerja yang tak terkosentrasi, sebuah fakta yang menyulitkan pemerintah untuk menyediakan statistik jumlah pengemis yang akurat.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015