Jakarta (ANTARA News) - Mendengarkan musik, baik saat masih di dalam kandungan maupun saat mengasuh anak, dapat berperan merangsang kecerdasan sang buah hati.

"Dari mendegar musik nanti anak ikut bergumam atau badannya joget, itu membuktikan bahwa otak berfungsi," kata praktisi neurosains terapan Dr. Anne Gracia saat pembukaan daycare Unilever "Daddy & I, Together for a #brighfuture" di Jakarta, Selasa.

Indra pendengar manusia sudah berfungsi sejak masih di dalam rahim, sekitar usia 3-4 bulan dan suara pertama yang didengar bayi dalam kandungan adalah detak jantung ibunya.

Suara sampai akhirnya menjadi informasi melalui tiga proses dari telinga sampai ke otak.

Udara yang masuk diubah menjadi getaran pada gendang telinga atau membran, kemudian berubah lagi menjadi getaran cairan. Otak kemudian mendapat informasi setelah melalui tiga proses itu, lalu merespon. "Respon awal (terhadap suara) itu sudah masuk kecerdasan," tambah Anne.

Musik memiliki bunyi yang teratur dan mampu masuk hingga ke belahan otak, bukan hanya otak kecil.

Dian HP, penata musik yang turut menjadi pembicara dalam acara tersebut, menjelaskan musik, melalui ritme dapat menjadi latihan kedisiplinan karena di dalamnya terdapat keteraturan yang tinggi.

Berlatih nada, tambahnya, juga dapat melatih kekompakan dan kebersamaan.

"Musik adalah kehidupan," kata dia.

Ia pribadi berpendapat tidak harus mendengar musik klasik untuk merangsang kecerdasan anak.

Anne menambahkan yang dicari dalam musik klasik sebenarnya adalah keteraturannya karena musik tersebut memiliki pola tertentu. Musik klasik, lanjut dia, memiliki frekuensi tertentu yang mengarah pada konsentrasi.

Musik yang lembut, saran Dian, seperti jazz, dapat menjadi pilihan untuk diperdengarkan kepada anak, khususnya untuk anak yang baru lahir.

Alasannya adalah telinga bayi masih sensitif dan saat di dalam kandungan, ia terbiasa mendengar detak jantung.

Anak juga dapat diajak mendengarkan musik instrumentalia dengan alat musik yang tidak banyak, misalnya hanya piano, dengan rentang nada tinggi dan rendah yang seimbang.

"Bertahap sampai dia bisa menerima instrumen yang lebih banyak," kata dia.

Suara apa pun yang biasa didengar sehari-hari, misalnya pengajian, menurut Dian juga dapat diperdengarkan asalkan tidak memicu detak jantung yang terlalu cepat.

Ia sendiri memiliki pengalaman memberikan musik kepada anak-anaknya saat masih kecil.

Anak pertamanya, yang ia perdenagrkan rock, cenderung berani mengemukakan pendapatnya dibanding anak keduanya, yang terpapar jazz, yang pembawaannya santai.

"Tapi, itu paduan antara musik dan apa yang kita ajarkan di rumah," kata dia.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015