Solo (ANTARA News) - Wali Kota Surakarta Jawa Tengah FX Hadi Rudyatmo menilai program sekolah lima hari di daerah itu tidak efektif sehingga dirinya tidak sependapat dengan adanya pemikiran tersebut.

"Hal ini bukan berarti saya menentang pemikiran Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, tetapi sebelum ini diberlakukan harus dipikirkan secara mendalam baik mengenai untung dan ruginya dulu," kata Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo di Solo, Kamis.

Hadi Rudyatmo menyatakan hal itu menanggapi adanya gagasan yang di sampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Ia mengatakan sekolah itu sebaiknya memang enam hari sekolah karena jika banyak waktu libur bisa membuat anak-anak bisa ke arah yang negatif. "Untuk itu wacana lima hari sekolah dikaji ulang," katanya.

Menurut dia, program tersebut belum tentu cocok untuk direalisasikan di sekolah. Kegiatan pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan hingga sore hari bisa mengorbankan kegiatan peserta didik pada waktu sore.

"Kasihan kalau itu diterapkan. Bisa-bisa muridnya bosan sekolah. Kemampuan dalam menangkap pelajaran kan berbeda-beda," katanya.

Wali Kota Surakarta yang akrab dipanggil Rudy juga menilai penambahan jam pendidikan belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu memajukan dunia pendidikan sehingga program lima hari sekolah dinilai kurang tepat bagi daerah.

Rudy khawatir pemberlakukan program lima hari sekolah akan menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, dan diharapkan rencana penerapan lima hari sekolah dibatalkan.

Banyak hal yang perlu dipertimbangkan terkait penerapan program tersebut.

Ia mengatakan bagi guru dan karyawan di sekolah, pemberlakuan lima hari kerja tentu bukan menjadi persoalan. Apalagi selama ini sebagian besar guru setiap hari pulangnya hingga sore, yakni pukul 16.00 WIB. Namun yang dipikirkan adalah dampak bagi siswanya.

"Kalau diberlakukan lima hari sekolah, bagaimana nasib kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, nanti malah hilang kegiatan ekstrakurikuler itu," katanya.

Pewarta: Joko Widodo
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015