... ada penumpukan penumpang di bandara akan menyebabkan masalah sosial, misalnya jika ada provokasi maka bisa terjadi sesuatu...
Jakarta (ANTARA News) - Maskapai yang terpaksa membatalkan jadwal penerbangan terkait letusan Gunung Raung, di Bondowoso, Jawa Timur, harus segera memberikan kompensasi supaya penumpang bisa beralih menggunakan moda tranportasi lain.

"Kendati kejadian ini sifatnya bencana alam, namun pihak airlines harus bertanggung jawab dengan memberikan kompensasi dalam bentuk re-fund tiket dengan segera," kata Ketua Jakarta Transportation Watch, Andy Sinaga, ketika dihubungi melalui sambungan telepon dari Jakarta, Jumat.

"Re-fund yang membutuhkan waktu itu harus segera dicairkan supaya penumpang bisa beralih menggunakan moda transportasi lain, darat atau laut," imbuhnya.

Sinaga menambahkan pemerintah juga harus turun tangan dengan menyediakan moda tranportasi darat dan laut mengingat penundaan penerbangan ini dekat dengan musim mudik Lebaran.

"Pemerintah harus mencarikan alternatif lewat transportasi darat atau laut. Harus ada alternatif, jangan didiamkan," ujar Sinaga.

Ia mengatakan penumpukan penumpang di bandara karena penundaan penerbangan dan lamanya waktu pencairan kompensasi akan menimbulkan masalah baru.

"Jika ada penumpukan penumpang di bandara akan menyebabkan masalah sosial, misalnya jika ada provokasi maka bisa terjadi sesuatu," katanya.

Sebelumnya, sebanyak 277 jadwal penerbangan dari dan ke Denpasar, Bali, di Bandara I Gusti Ngurah Rai terpaksa dibatalkan akibat erupsi Gunung Raung di Jawa Timur.

PT Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai pun memperpanjang penutupan operasional bandara sejak pukul 23.30 WITA hingga pukul Jumat pukul 21.30 WITA Kamis ini. 

Debu vulkanis akibat letusan gunung berapi sering berukuran mikroskopis yang bersifat abrasif. Jika dia tersedot masuk ke dalam turbin mesin, bisa merontokkan daun-daun turbin hingga menimbulkan ledakan awal akibat gesekan dengan udara bertekanan dan bertemperatur tinggi serta bahan bakar di dalam mesin. 

Selain itu, dia bisa merusak kinerja instrumen pokok penerbangan, di antaranya altimeter dan speedmeter (pengukur kecepatan relatif pesawat terbang terhadap lingkungan) yang terpasang di luar kulit fuselage pesawat terbang, atau antena komunikasi. 

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015