Kairo (ANTARA News) - Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengatakan bertanggung jawab atas serangan bom mobil ke gedung konsulat Italia di ibu kota Mesir, Sabtu waktu setempat, dan memperingatkan kaum muslim untuk menjauhi tempat-tempat seperti itu.

Juru bicara kementerian kesehatan Hossam Abdel Ghaffar mengungkapkan ledakan hebat pagi-pagi buta yang mengguncang Kairo itu membunuh seorang warga sipil dan melukai sembilan orang, termasuk polisi dan orang-orang yang lewat.

"Tentara ISIS di Kairo mampu meledakkan kendaraan penuh berisi bom sampai 450 kg bahan peledak di kantor konsulat Italia," kata SITE Intelligence Group mengutip cuitan ISIS.

"Kami mengimbau kaum muslim untuk menjauhi sarang-sarang keamanan semacam ini karena tempat-tempat itu adalah target sah untuk serangan kaum mujahidin," sambung ISIS.

Ini adalah serangan pertama terhadap misi asing di Mesir sejak kaum militan ekstremis berkampanye melawan pasukan keamanan Mesir dua tahun lalu menyusul pemberangusan kaum islamis.

Ledakan bom mobil itu meluluhlantakkan gedung konsulat, bagian kompleks luas yang di dalamnya termasuk klub sosial dan sekolah, serta merusakkan sekitar 50 bangunan lainnya.

Konsulat yang berada dekat dengan kantor kejaksaan dan mahkamah agung Mesir di pusat kota Kairo itu tutup karena akhir pekan.

Serangan Sabtu itu terjadi kurang dari dua pekan setelah para militan membunuh jaksa agung Mesir di Kairo melalui bom mobil di Kairo.

Sisa-sisa kendaraan yang hancur itu berserakan di jalan di luar gedung konsulat, sedangkan Konsul Jenderal Italia yang tiba di lokasi kejadian mengecam serangan itu.

"Italia tidak akan terintimidasi," kata Menteri Luar Negeri Italia Paolo Gentiloni dalam satu cuitan, seraya mengatakan tak ada seorang pun warga Italia yang menjadi korban.

Dia kemudian mengungkapkan bahwa konsulat itu memang sejak lama menjadi sasaran serangan teror.

"Kami berniat untuk merespon dengan tegas namun bijaksana, tanpa peringatan," sambung Gentiloni .

Perdana Menteri Matteo Renzi yang berbicara kepada Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menyatakan kedua negara akan bersatu memerangi terorisme dan fanatisme, sedangkan Perdana Menteri Mesir Ibrahim Mahlab menyebut perang melawan ekstremisme telah menjadi tanggung jawab seluruh dunia.

"Negara-negara harus mengkoordinasikan upaya-upaya mereka dalam melawan terorisme," kata dia kepada wartawan seperti dikutip AFP.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015