Surabaya (ANTARA News) - Meskipun masih ada publik dan media Australia yang kurang simpatik terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena kebijakan-kebijakannya, termasuk eksekusi terpidana narkoba, namun ketegangan Australia-Indonesia pasca-Bali Nine mulai mereda.

Oleh karena itu, Konsul Jenderal Indonesia untuk New South Wales, Queensland dan South Australia, Yayan GH Mulyana, melakukan "Peluncuran Jembatan" di Adelaide Convention Centre, Australia Selatan, 7 Juli 2015.

"Naik-turunnya hubungan Indonesia-Australia seperti halnya suami-istri. Kadang mengalami masa sulit, ada saatnya pula intim. Namun begitu dua belah pihak mempunyai komitmen dasar yang kuat untuk selalu meningkatkan kerja sama," ucap Yayan.

Ia kuatnya komitmen itu ada pada dua pilar utama untuk hubungan persahabatan Australia-Indonesia yakni "people-to-people" dan "business-to-business" yang telah terjalin sangat lama.

Bukti itu antara lain terlihat sampai Juni 2015, ternyata sektor pariwisata tidak terpengaruh kasus Bali Nine sama sekali, bahkan data mutakhir mencatat wisatawan Australia ke Indonesia meningkat. Jumlahnya mencapai 420.000 orang.

"Karena itu, saya mengapresiasi Jembatan yang diinisiasi Flinders University demi terciptanya keterlibatan yang kuat di antara berbagai komunitas Australia dengan masyarakat Indonesia melalui peningkatan pemahaman budaya dan Bahasa Indonesia," tuturnya.

Bahkan, "Jembatan" yang diluncurkan melalui laman jembatan@flinders.edu.au atau jembatan.flinders.au itu diyakini akan mampu mengambil peran sangat penting untuk kembali mempererat hubungan Abott-Jokowi melalui komitmen dua pilar persahabatan.

"Menteri Ketenagakerjaan, Pendidikan Tinggi dan Keterampilan Australia, Gail Gago, memandang bahwa Jembatan menjadi wadah kolaborasi dan persahabatan yang dapat lebih menghidupkan lagi pemahaman dua negara dalam hubungan politik, ekonomi, investasi bisnis, budaya, dan pendidikan," tukasnya, mengutip pernyataan Politisi Partai Buruh Australia itu.

Acara peluncuran "Jembatan" dalam rangkaian International Convention for Asian Scholars (ICAS) ke-9 di Adelaide selama Juli 2015 itu ditandai dengan penampilan Tari Saman dari Rindang Saman Adelaide serta rebana dari grup Elmusafir yang menyajikan musik perpaduan budaya Indonesia dan Timur Tengah itu.

Duta kebudayaan Indonesia lainnya di Australia Selatan yang melakukan hal serupa dan dikelola secara profesional melibatkan langsung warga Australia adalah Sekar Laras (grup musik gamelan) dan Adelindo Angklung (kelompok pemain instrumen musik tradisional Jawa Barat).

"Sejatinya, inisiatif Flinders University dalam mengembangkan program kerja sama Australia-Indonesia di bidang pendidikan, budaya dan bahasa sudah dirintis selama 50 tahun. Program soft diplomacy itu juga dilakukan di Indonesia di beberapa wilayah dengan melibatkan berbagai lembaga pendidikan, kesehatan, dan lainnya," paparnya.

Oleh Edy M Ya`kub
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015