intinya saya tidak menginginkan hal itu
Brussels (ANTARA News) - Dalam kasus krisis utang Yunani, hubungan Prancis dan Jerman mendadak berseberangan ketika Kanselir Angela Merkel dan Presiden Francois Hollande berbeda pendapat sangat jauh dalam bagaimana mempertahankan Yunani tetap di zona euro.

Jerman tak menepis Yunani keluar dari zona ini (Grexit), sebaliknya Prancis mati-matian menginginkan Yunani tetap di dalam zona euro.

"Tak akan ada kesepakatan apa pun," kata Merkel merujuk ketidakpercayaannya kepada pemerintahan kiri Yunani sembari mengingatkan negosiasi utang yang pelik.

Jika Merkel tidak mengesampingkan "Grexit", kebalikannya dengan Hollande yang menolak skenario ini.

"Ada Yunani di dalam zona euro atau Yunani tidak lagi di zona euro, namun intinya saya tidak menginginkan hal itu," kata Hollande dengan bersumpah untuk melakukan apa saja untuk mempertahankan Yunani di zona euro.

Perbedaan antara Hollande dan Merkel semakin tajam ketika Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras menggelar referendum 5 Juli yang hasilnya bagian terbesar rakyat Yunani menolak tuntutan penghematan gila-gilaan para kreditor asing Yunani.

Sejak itu Jerman semakin keras pendiriannya menyangkut Yunani, namun yang jelas Prancis dan Jerman memang kerap bertabrakan di Eropa.

"Jika Jerman punya ambisi 'Grexit,' maka itu akan memprovokasi konflik lebih dalam dengan Prancis. Itu akan menjadi bencana bagi Eropa," kata Menteri Luar Negeri Luxembourg Jean Asselborn dalam wawancara dengan koran Jerman, Sueddeutsche Zeitung.

Hollande dan Merkel sebenarnya menghadapi pertempuran di dalam negerinya masing-masing.

Hollande berusaha memulihkan citra dengan mengatasi krisis Yunani dua tahun sebelum masa jabatannya berakhir.

Dia dituduh kaum kanan telah merusak hubungan dengan Jerman, sebaliknya kaum kiri radikal justru memujinya telah tegas terhadap Berlin.

Sebaliknya, Merkel yang terpilih kembali pada September 2013 dan konsisten tegas terhadap Yunani sampai-sampai dijuluki "Kanselir Besi" oleh tabloid Bild Zeitung, dituntut untuk keras cenderung ke kanan karena dia harus menghadapi kubu garis keras konservatif di dalam partainya, demikian AFP.




Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015