New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia merosot pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena pedagang menghargakan dampak pada kelebihan pasokan global dari kesepakatan bersejarah nuklir Iran dengan negara-negara besar.

Pasar juga tertekan lebih rendah oleh dolar yang berbalik menguat atau "rebound", didorong oleh pernyataan Ketua Federal Reserve Janet Yellen yang mengindikasikan kenaikan suku bunga pertama sejak 2006 bank sentral AS masih diperkirakan tahun ini, lapor AFP.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Agustus anjlok 1,63 dolar AS menjadi ditutup pada 51,41 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, patokan global, menetap di 56,86 dolar AS per barel di perdagangan London, turun 1,65 dolar AS dari penutupan Selasa.

"Dunia masih berusaha untuk memahami dengan apa kesepakatan nuklir dengan Iran berarti, dan kapan minyak mentahnya akan datang di pasar," kata James Williams dari WTRG Economics. "Realitas ini muncul."

Pada Selasa, Iran dan enam kekuatan utama dunia mencapai kesepakatan untuk memantau program nuklir Teheran yang akan menyebabkan pencabutan sanksi yang telah membatasi ekspor minyak negara itu.

Menurut penyedia energi data Platts, Iran mengekspor sekitar satu juta barel minyak mentah per hari, turun dari 2,2-2,3 juta barel per hari sebelum sanksi diberlakukan pada pertengahan 2012.

"Penilaian lebih lanjut dari kesepakatan nuklir Iran ... cepat mencapai konsensus yang cukup kuat bahwa pasokan tambahan akan meningkat dan memperpanjang surplus saat ini, meskipun pemulihan dalam produksi Iran mungkin lebih lambat dan kurang dramatis daripada yang telah diapresiasi secara luas," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Sementara itu, Fawad Razaqzada di situs perdagangan Forex.com mencatat bahwa harga minyak mentah "tertahan kembali oleh dolar AS yang menguat setelah pernyataan hawkish Janet Yellen meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga tahun ini."

Sebuah unit AS yang lebih kuat membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah.

Departemen Energi melaporkan pada Rabu bahwa cadangan minyak mentah komersial AS jatuh sebesar 4,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 10 Juli menjadi 461,4 juta barel, masih dekat rekor tertinggi.

Penurunan persediaan minyak mentah lebih besar dua kali lipat dari ekspektasi pasar, "tetapi gagal memberikan dukungan apapun terhadap harga minyak mentah," kata analis Sucden, Myrto Sokou.

(Uu.A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015