Keadilan harus ditegakkan bagi 298 orang tidak bersalah yang telah kehilangan nyawa mereka."
Den Haag (ANTARA News) - Inggris hari Jumat ini ikut bergabung dengan negara-negara yang menuntut agar dibentuk pengadilan di Mahkamah Internasional di bawah dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghukum pihak yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Malaysia MH17.

Tuntutan tersebut disampaikan ketika pihak keluarga korban mengadakan acara peringatan satu tahun tragedi tewasnya seluruh 298 penumpang dan awak MH17 pada 17 Juli 2014, ketika pesawat milik maskapai Malaysia Airline jenis Boeng 777 rute Amsterdam dan Kuala Lumpur itu ditembak jatuh di timur Ukraina.

Pesawat tersebut diyakini ditembak oleh kelompok separatis pro-Rusia saat terjadi pertempuran dengan tentara Ukraina.

Ukraina dan Barat menuding pihak separatis sebagai pelaku penembakan dengan menggunakan misil BUK buatan Rusia. Tapi, pihak Rusia membantah terlibat, dan justru menuduh militer Ukraina yang melakukan aksi.

"Keadilan harus ditegakkan bagi 298 orang tidak bersalah yang telah kehilangan nyawa mereka," demikian pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond, yang dikutip Reuters.

Ia menimpali, "Diperlukan pengadilan internasional, didukung oleh sebuah resolusi dari seluruh negara anggota PBB untuk menghukum mereka yang bertanggung jawab."

Surat kabar Sydney Daily Telegraph edisi Jumat mengeluarkan foto terbaru yang memperlihatkan pemberontak dukungan Rusia mengobrak-abrik bagasi penumpang, yang sebagian besar warga Belanda, di antara puing-puing pesawat.

Rekaman video yang menjadi sumber foto tersebut diselundupkan oleh anggota pemberontak yang berbasis di Donetsk, dan baru diperoleh minggu ini.

Rekaman itu dikabarkan diambil oleh kelompok pemberontak saat mereka melakukan investigasi karena mereka pada awalnya yakin bahwa pesawat yang mereka tembak itu adalah jet tempur milik angkatan udara Ukraina.

Bendera setengah tiang berkibar di Belanda, Jumat, ketika sekitar 2.000 anggota keluar korban berkumpul untuk memperingati satu tahun musibah tersebut. Pada saat yang sama, acara peringatan secara nasional juga digelar di Canberra, Australia.

Di Canberra, Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyerahkan plakat untuk memperingati mereka yang tewas, termasuk 38 warga Australia.

"Hari ini kita mengenang mereka yang tewas, kami berterima kasih kepada pihak yang telah membawa mereka pulang. Tapi, yang paling penting, kami ikut merasakan mereka yang berduka," kata Abbott dalam acara yang juga diikuti 120 keluarga korban.

Saat upacara yang emosional, para keluarga korban tampak meneteskan air matanya saat foto wajah-wajah korban yang tersenyum diperlihatkan di sebuah layar lebar yang diikuti dengan kata to remember (untuk dikenang).

Paul Guard, warga Australia yang kehilangan kedua orang tuanya Roger dan Jill, sengaja datang ke ibukota Australia itu bersama sembilan anggota keluarganya.

"Ini akan menjadi hari yang sulit, tapi mudah-mudahan bisa menjadi bagian yang berguna dari proses penyembuhan, "katanya.

Para kerabat warga Malaysia juga berkumpul dalam upacara peringatan di Kuala Lumpur, minggu lalu. Mereka juga menuntut keadilan dan jawaban siapa yang bertanggung jawab atas tragedi tersebut.

Upacara peringatan tersebut digelar satu minggu menjelang Hari Raya Idul Fitri, di mana para keluarga seharusnya bergembira bersama keluarga.

Pada saat keluarga harus mengatasi rasa sedih, fokus yang mereka hadapi pun beralih untuk melacak para pelaku dan membawanya ke pengadilan.

Belanda yang telah bertugas memimpin pencarian korban dan menginvestigasi penyebab kecelakaan juga berusaha untuk mencari dan menghukum pelaku.

Kecuali dua orang penumpang yang keduanya warga Belanda, korban lainnya telah ditemukan dan berhasil diidentifikasi.

Dewan Keselamatan Belanda diharapkan mengeluarkan laporan akhir soal penyebab kecelakaan pada minggu pertama Oktober mendatang, tapi mereka menekankan bahwa yang bisa lakukan hanyalan mengungkap penyebab jatuhnya pesawat, bukan pelaku.

Dewan tersebut September 2014 sudah menyampaikan laporan awal dengan menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada kokpit bagian depan pesawat yang "menunjukkan adanya dampak dari sejumlah benda besar dengan tenaga kuat dari bagian luar".

Sebuah tim gabungan penyelidikan kriminal dari Australia, Belgia, Belanda, Malaysia dan Ukraina saat ini masih bekerja.

Malaysia, Belanda dan negara lainnya melayang gagasan pembentukan pengadilan internasional yang didukung PBB, tapi ide tersebut diveto oleh Rusia.

Presiden Rusia Vladimir Putin, Kamis mengatakan kepada Perdana Menteri Belanda Mark Rutte bahwa usaha untuk menggelar pengadilan internasional tersebut adalah hal yang kontra-produktif.
(Uu.A032)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015