... setelah serangan busur dan panah pada Mei...
Lima, Peru (ANTARA News) - Untuk pertama kalinya Peru akan berinteraksi dengan suku pedalaman Amazon yang sebagian besar tinggal terpencil di hutan, sebagai salah satu upaya meredakan ketegangan dengan desa-desa terdekat setelah serangan busur dan panah pada Mei, kata pejabat setempat.

Ahli antropologi pemerintah akan mencoba berbicara dengan klan Mascho Piro India untuk memahami mengapa mereka muncul dari hutan, kata Wakil Menteri Kebudayaan Patricia Balbuena.

Beberapa tahun terakhir, Mashco Piro terlihat muncul di luar hutan mereka di Taman Nasional Manu, Peru selatan, untuk mencari parang dan makanan.

Penduduk desa, penyebar agama Kristen dan turis telah berinteraksi dengan suku tersebut, mereka sering memberikan pakaian dan makanan.

"Yang belum pernah berinteraksi dengan mereka adalah perwakilan negara!" kata Balbuena.

Peru melarang kontak dengan Mashco Piro dan lusinan suku "terasing", terutama karena sistem kekebalan tubuh mereka tidak bisa mengatasi penyakit yang umum terjadi di masyarakat.

Pihak berwenang mengatakan mereka tidak dapat mencegah orang untuk berinteraksi dengan suku pedalaman karena tidak ada hukuman yang menanti.

Kelompok adat FENAMAD memperingatkan keputusan berinteraksi dengan Mashco Piro dapat melegitimasi interaksi tak diinginkan yang telah menghancurkan suku terasing itu di masa lampau.

"Pihak berwenang harus membatasi perahutransit dan menjaga agar orang-orang tidak mendekat," kata presiden FENAMAD Klaus Quicque.

Luis Felipe Torres, kepala tim suku terisolasi, mengatakan pemerintah tidak akan memaksa Mashco Piro mengubah gaya hidup nomaden mereka.

"Tapi kita tidak bisa lagi berpura-pura bahwa mereka tidak mencoba berinteraksi," kata Torres. "Mereka punya hak melakukannya."

Dalam catatan sejarah, Mashco Piro telah menolak keberadaan pendatang, mereka selamat dari perbudakan pada akhir 1800an dan kemudian menolak misionaris.

Namun, tahun lalu, Mashco Piro muncul di daerah berpenduduk lebih dari 100 kali, terutama sepanjang tepi sungai di mana mereka memberi isyarat pada orang-orang yang lewat.

Tidak semua interaksi dengan pendatang berlangsung damai.

Pada Mei, sekelompok Mashco Piro menyerang komunitas Machiguenga dari Shipetiari dan membunuh pria muda dengan panah.

Pada 2011, Mashco Piro menewaskan seorang pria setempat dan melukai penjaga hutan dengan panah.

Melalui penerjemah Yine, bahasa setempat yang mirip dengan lidah Mashco Piro, pemerintah berharap dapat mencegah bentrokan di masa depan, kata Balbuena.

Satu tim dokter yang berada enam jam dari hulu sungai siap mengobati suku tersebut bila terjangkit penyakit, ujar Balbuena, demikian Reuters.

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015