Jakarta (ANTARA News) - Ketua Majelis Permusyawaratan Politik Tiongkok Yu Zhengsheng disambut secara resmi oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan di Gedung Nusantara IV, Komplek Parlemen, Jakarta.

Dalam pertemuan tersebut, Yu menyampaikan ucapan lebaran dan mengaku dapat merasakan kemeriahannya. "Saya mengucapkan Hari Raya Idul Fitri," katanya seperti dilansir siaran pers MPR, Senin.

Yu mengungkapkan bahwa di negaranya juga ada keberagaman etnis, suku, bahasa dan agama. Menurut dia, mereka diperlakukan sama dan setara, bahkan etnis yang tertinggal didorong lebih khusus.

Bagi Yu, seluruh rakyat Tiongkok bebas menganut agamapun namun ditegaskan kekuatan asing tak boleh mencampuri urusan agama. Dalam soal kerukunan ummat, ia mengatakan menjelang hari raya imlek seluruh tokoh ummat agama diundang makan dan di acara itu dilakukan dialog antarumat beragama.

Kunjungan Yu ke Indonesia adalah dalam rangka meningkatkan kerja sama hubungan kedua negara. Ia mengatakan, kerja sama tersebut terjalin karena kedua negara memiliki isu yang sama.

Sebelum disambut resmi oleh Ketua MPR, Yu telah mengunjungi Jawa Timur, dan berujar bahwa Jembatan Suramadu merupaka bukti hubungan yang kokoh antara Indonesia dan Tiongkok.

Kedatangan Yu disambut dengan khidmat oleh para pimpinan MPR. "Semoga kunjungan yang mulia yang telah dilakukan beberapa hari ini menyenangkan," ujar Zulkifli.

Ia mengatakan, kunjungan Yu menunjukan hubungan Tiongkok dan Indonesia semakin baik dari waktu ke waktu di dalam berbagai bidang kerja sama. "Hal ini sangat menggembirakan," paparnya.

Kepada Yu, Zulkifli mengatakan tugas MPR secara hierarkhi paling tertinggi seperti melantik Presiden dan Wakil Presiden, melakukan amandemen UUD, serta melakukan sidang tahunan MPR untuk memfasilitasi laporan kinerja lembaga negara.

Ia menambahkan, tugas MPR adalah mengawal konstitusi dan mensosialisasikan 4 Pilar MPR. Sosialisasi ini penting sebab Indonesia sangat majemuk. Meski majemuk namun semua rakyat memiliki hak yang sama tak dibedakan oleh masalah suku, agama, ras, dan antargolongan.

"Di sini tak ada aturan yang membeda-bedakan," papar Zulkifli.

Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015