Oslo, Norwegia (ANTARA News) - Turki tak meminta bantuan militer tambahan kepada NATO dalam kampanye memerangi ISIS dan militan Kurdi, kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg sehari sebelum pertemuan NATO untuk membicarakan peperangan yang dihadapi Turki.

Stoltenberg memperingkatkan Turki bahwa pemboman yang dilakukan negeri itu bisa membahayakan kemajuan perdamaian yang dicapai dalam beberapa tahun terakhir dengan militan Kurdi.

Para duta besar NATO akan bertemu Selasa esok atas permintaan Ankara guna membicarakan meningkatnya kekerasan antara Turki, ISIS dan militan Kurdi.

"Turki memiliki militer yang sangat kuat dan pasukan keamanan yang sangat kuat. Oleh karena itu tidak ada permintaan dukungan militer NATO tambahan apa pun," kata Stoltenberg kepada BBC.

Turki membombardir posisi-posisi ISIS di Suriah untuk pertama kalinya pekan lalu setelah serangan bom bunuh diri yang ditudingkan ke ISIS telah menewaskan 32 orang di perbatasan Turki-Suriah.

Turki juga membom posisi-posisi Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Irak utara untuk pertama kali dalam empat tahun terakhir, setelah para militan yang dituding Ankara berkolusi dengan ISIS membunuh dua polisi Turki.

Selain memuji Ankara karena bergabung dalam koalisi melawan ISIS, Sekjen NATO mengingatkan bahwa upaya bela diri harus proporsional.

Turki menganggap PKK yang melancarkan perjuangan bersenjata di Turki tenggara sejak 1984, sebagai kelompok teror dan menganggap kubu utama Kurdi Suriah yang memerangi ISIS --Partai Uni Demokrat (PYD)-- sebagai cabang PKK di Suriah.




Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015