Jakarta (ANTARA News) - Penyanyi Budi Doremi memilih jalan-jalan untuk menghilangkan penat dan menyegarkan diri saat jeda kerja di dunia hiburan yang menurut dia penuh dengan tekanan dan tantangan.

"Yang bisa refreshed (menyegarkan) saya ya travelling (melakukan perjalanan) karena kalau tidak bisa cari yang segar-segar biasanya mandek dalam membuat karya," kata pelantun lagu "DoReMi" itu di Jakarta, Senin malam.

Budi mengaku lebih suka pergi ke pantai daripada ke gunung karena naik gunung lebih membutuhkan kekuatan fisik prima. "Kalau daya pinggangnya, aduh enggak kuat," katanya.

Pria bernama asli Syahbudin Syukur itu suka menikmati pemandangan Pink Beach dan pantai-pantai yang ada di wilayah Indonesia seperti Sabang, Flores, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan.

Dia juga mengaku suka melakukan perjalanan ekstrem ke tempat-tempat yang jarang dikunjungi orang. Dia pernah melakukan perjalanan ke Pulau Maratua, Kalimantan Timur, tempat dia tak sengaja berenang di danau terlarang.

"Ternyata danau itu banyak reptilnya, orang-orang yang sudah tinggal di sana puluhan tahun pun tak berani berenang di danau itu. Kalau ingat itu saya ngeri," katanya.

Budi, yang pernah menjadi pemandu acara jalan-jalan di televisi, mengatakan jalan-jalan lebih asik jika tanpa gawai, yang menurut dia kadang justru menghalangi diri untuk menikmati keindahan perjalanan.

"Nanti kalau bawa HP sedikit-sedikit foto lalu posting, repot malahan. Selain itu, kalau memang mau travelling ekstrim jangan bawa keluarga. Sendiri saja. Biar asik," kata dia.

Meniti karir dari nol, Budi mengaku senantiasa bersyukur meski hingga saat ini belum mampu membeli rumah dan mobil. Dia selalu menyisihkan sebagian pengeluaran untuk membawa serta keluarganya jalan-jalan.

"Kalau sudah berkeluarga wajib punya bujet bersenang-senang, entah cuma ke Ragunan atau mal. Itu wujud rasa syukur. Saya merasa kebahagiaan keluarga itu jauh lebih penting dari apapun termasuk materi. Maka saya harus pandai-pandai bersyukur. Kalau tidak, nikmat ini akan cepat hilang."

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015