Ramallah (ANTARA News) - Sedikitnya 14 warga Palestina cedera dalam bentrokan dengan tentara Isrel di dekat kamp pengungsi Qalandia antara Jerusalem dan Kota Ramallah di Tepi Barat Sungai Jordan, kata beberapa saksi mata dan petugas medis, Senin (27/7).

Beberapa saksi mata mengatakan bentrokan terjadi selama pemakaman Mohamed Abu Latifa, pemuda Palestina berusia 20 tahun yang tewas di kamp pengungsi ketika Angkatan Bersenjata Israel menyerbu rumahnya dalam upaya menangkap dia.

Saksi mata mengatakan ratusan orang menghadiri pemakaman itu, dan puluhan pemuda berkumpul di dekat pos pemeriksaan Israel di Qalandia dan melempar batu serta botol kosong ke arah para tentara.

Tentara Israel melepaskan tembakan balasan ke arah demonstran yang marah. Enam pemuda cedera terkena peluru aktif dan delapan lagi terkena peluru logam yang dibungkus karet.

Ambulans membawa korban ke rumah sakit dan klinik medis di Kota Ramallah, tempat puluhan orang menghirup gas air mata setelah tentara menembakkan puluhan tabung gas air mata ke arah warga Palestina yang melempar batu, kata petugas medis Palestina.

Abu Latifa adalah warga Palestina ketiga yang tewas di tangan tentara Israel di Tepi Barat dalam waktu beberapa hari belakangan. Sebelumnya dua warga Palestina tewas awal pekan ini di Kota Jenin dan Al-Khalil (Hebron) di Tepi Barat.

"Cerita Israel bahwa putra saya meninggal setelah ia melompat dari atap rumah kami ke tanah tidak benar. Tentara menembaknya enam kali di kaki saat tangannya diborgol," kata ayah Mohamed Abu Latiga, Atta Abu Latifa.

Ia menambahkan sebelumnya tentara Israel beberapa kali berusaha menangkapnya dan sekali ini mereka menembak dia dan membiarkan ia mengeluarkan darah sampai meninggal.

Jamal Lafi, pejabat di kamp pengungsi tersebut, mengatakan kepada kantor berita Xinhua bahwa Mohamed Abu Latifa tewas karena tembakan seorang tentara Israel setelah tentara Israel menyerbu rumahnya untuk menangkap dia di kamp pengungsi itu.

Seorang pejabat senior Palestina pada Senin pagi memperingatkan peningkatan aksi kekerasan oleh Israel terhadap warga Palestina akan memaksa pemimpin mereka mengambil keputusan penting.

"Upaya tanpa henti Israel untuk merusak upaya mempertahankan kestabilan daerah tersebut atau menghidupkan kembali proses perdamaian --yang macet-- akan membawa konsekuensi serius," kata Nabil Abu Rdeinah, seorang pembantu Presiden Palestina Mahmoud Abbas, seperti dilansir kantor berita Xinhua.
(Uu.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015