Jakarta (ANTARA News) - Setelah meresmikan gerai perdana di Pasar Bata Putih, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pemilik Pazia Express, PT Pazia Pillar Mercycom, menargetkan menambah unit bisnis yang mereka sasar untuk pasar kelas C tersebut sekira 3-5 gerai setiap bulannya hingga akhir 2015.

"Jadi kalau hitung-hitungan sampai akhir tahun masih ada sekira lima bulan lagi, ya kira-kira bisa menambah 15 gerai lagi lah sampai akhir tahun ini," kata Direktur Retail PT Pazia Pillar Mercycom Hartanto Sutardja saat ditemui seusai peresmian di Pasar Bata Putih, Selasa.

Demi memenuhi target tersebut, Piaza Express telah menggandeng Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya selaku pengelola sedikitnya 153 pasar tradisional di DKI Jakarta, termasuk salah satunya Pasar Bata Putih.

Namun demikian, Hartanto mengakui realisasi target tersebut sangat bergantung dengan kondisi kesiapan pasar tradisional lokasi gerai-gerai berikutnya Piaza Express akan dibuka.

"Soalnya di beberapa pasar kami juga ada yang cuma dapat daftar tunggu, ya kami harus ikuti aturan main," katanya.

Menurut Hartanto, dalam waktu dekat ini setidaknya dua gerai akan mulai beroperasi di Pasar Petojo Ilir dan Pasar Mede.

Pazia Express diakui Hartanto bakal menjadi prioritas utama ekspansi bisnis perusahaannya di wilayah Jabodetabek, yang juga mengelola sedikitnya 60 gerai Pazia Shop dan Pazia Gadget di sejumlah mal dan pusat perdagangan di seluruh Indonesia serta toko daring yang lebih banyak melayani konsumen kelas A dan B.

Pasalnya, ia melanjutkan, ekspansi ke Pazia Express masih bisa dikembangkan ketimbang Pazia Shop dan Pazia Gadget yang akan cenderung stagnan.

"Mal di Jakarta sudah tidak dikasih izin bangun yang baru. Di yang lama, dari pihak mal kami cuma dikasih buka satu gerai. Mau ke mana lagi? Jadi mau tidak mau kami harus fokus ke sini," katanya.

Di sisi lain, ia menilai pasar tradisional menjadi pasar yang hampir tidak terimbas keberlangsungannya di tengah terjangan krisis ekonomi separah apapun, yang menurut Hartanto bisa terlihat dari resistensi pasar tradisional di tengah krisis moneter 1998 silam misalnya.

"Memang ketika perekonomian bergairah dan meroket pasar tradisional tidak ikut memetik lonjakan aktivitas yang berarti, tetapi ketika krisis justru lebih resisten," katanya.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015