Kondisi daerah tangkapan air Sungai Siak 80 persen sudah beralih fungsi
Pekanbaru (ANTARA News) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Provinsi Riau mengklaim bahwa kondisi sungai siak sepanjang 400km saat ini secara umum sedang dalam keadaan "sakit".

"Kualitas sungai Siak secara umum menurun drastis," ungkap Direktur Eksekutif Walhi Riau, Riko Kurniawan, di Pekanbaru, Rabu.

Riko menyebutkan, Sungai Siak yang dimiliki Provinsi Riau itu membentang pada lima Kabupaten/Kota, yakni Rokan Hulu, Kampar Pekanbaru, Siak dan Bengkalis.

Saat ini kelima Kabupaten/Kota memiliki perlakuan yang merusak pada Daerah Aliran Sungai (DAS). Baik itu masyarakatnya maupun dunia industrinya.

Riko menilai dampak dari perlakuan yang tidak senonoh dari masyarakat dan dunia usaha yang berada di hamparan sungai sepanjang 400km tersebut telah menyebabkan pengrusakan yang drastis.

"Bahkan kalau diukurkan pada kesehatan manusia, sungai siak saat ini dalam keadaan 'sakit'," paparnya.

Walhi menganalisa ada tiga hal yang menjadi penyebab "sakitnya" Sungai Siak,

Pertama alih fungsi kawasan yang berada di sekitar DAS, yakni bebasnya pembangunan industri perumahan tanpa memandang batas aman dari bibir sungai.

Alih fungsi lahan tersebut kata Riko mencakup perkembangan pembangunan perkebunan sawit dan karet, yang tidak mengindahkan kondisi Sungai Siak, termasuk pengelolaan kawasan kehutanan.

Tidak adanya aturan yang jelas dan tegas dari kelima Kabupaten/Kota yang menjadi lintasan Sungai Siak, membuat para pemilik uang bebas mengelola kawasan DAS.

Penyebab kedua "sakitnya" Sungai Siak adalah adanya pencemaran lingkungan. Pengelolaan limbah yang tidak maksimal, dibuangnya limbah domestik dan industri ke sungai membuat biota mahluk hidup pada Sungai Siak terkontaminasi bahkan mati.

Ini sudah lama mempengaruhi daerah tangkapan ikan yang selama ini menjadi andalan nelayan dari Sungai Siak.

"Kondisi daerah tangkapan air Sungai Siak 80 persen sudah beralih fungsi," tandasnya.

Yang tidak kalah pentingnya masih menurut Riko adalah Abrasi Sungai Siak.

Jika kondisi ini tidak segera disikapi, menurut Riko, kerusakan Sungai Siak semakin parah bahkan bisa menjadi "sekarat".

Untuk itu Riko mengatakan, solusi yang dilakukan sebenarnya sangat mudah, jika kelima Kabupaten/Kota yang berlokasi di hamparan Sungai Siak secara simultan dan serentak melakukan perbaikan terhadap Sungai terdalam di Indonesia ini.

"Sejauh ini kelima Kabupaten/Kota sudah melakukan perbaikan, tetapi belum maksimal karena dilakukan secara sendiri-sendiri," pungkasnya.

Pewarta: Netty Mindrayani/Vera Lusiana
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015