Ini perjalanan penting"
Teheran (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius tiba di Iran pada Rabu dan mengatakan sudah waktunya memulai kembali hubungan kedua itu negara setelah kesepakatan nuklir memungkinkan perubahan tersebut.

"Ini perjalanan penting," kata Fabius kepada wartawan di Kedutaan Besar Prancis di Teheran saat memulai kunjungan singkat tetapi banyak digembar-gemborkan setelah kesepakatan bersejarah pada 14 Juli antara Iran dengan enam negara kekuatan dunia, yaitu Prancis, Inggris, Rusia, Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jerman.

Sebagai kepala diplomat Prancis dalam perundingan tersebut, Fabius mendapatkan peluang untuk mengambil sikap terhadap yang Iran harus lakukan di bawah kesepakatan nuklir tersebut.

Ia juga dikritik media Iran dan mendapatkan julukan "hambatan" dalam pembicaraan itu, yang akhirnya berhasil.

Ia juga mengakui banyak yang harus dilakukan untuk meningkatkan hubungan antara Teheran dan Paris. Namun, Fabius mengatakan kedua negara dapat berdiri untuk mendapatkan keuntungan dari diplomasi baru-baru ini.

"Kami adalah dua negara besar, negara-negara merdeka, dan dua peradaban besar. Memang benar bahwa dalam beberapa tahun terakhir dengan alasan bahwa semua orang tahu, hubungan kami telah membeku tetapi sekarang berkat kesepakatan nuklir, hal tersebut akan dapat berubah," katanya.

Fabius menggambarkan kunjungan satu hari ke Iran sebagai kesempatan untuk menghidupkan kembali hubungan "terutama dalam domain ekonomi karena ada banyak yang bisa kami lakukan bersama-sama", namu ia tidak mengelak ada perbedaan pendapat antara kedua negara.

"Ada sejumlah titik di mana kami memiliki perbedaan," kata Fabius, menyinggung konflik regional di Suriah dan Yaman dan juga pada penolakan Iran untuk mengakui Israel.

Di luar masalah nuklir, perjalanan Fabius untuk Iran telah mendatangkan gejolak dalam beberapa hari terakhir dengan media konservatif menyoroti keterkaitannya dalam skandal darah yang tercemar pada tahun 1980-an ketika ia menjabat Perdana Menteri Prancis.

Saat itu Pusat Nasional Transfusi Darah Prancis mengekspor produk darah yang terkontaminasi dengan virus AIDS yang menyebabkan kematian ratusan warga Iran.

Fabius dibebaskan pada tahun 1999 oleh pengadilan Prancis atas skandal tersebut, di mana warga di Prancis juga meninggal akibat kejadian itu.

Sepuluh dari 290 anggota parlemen Iran menulis pada Selasa kepada Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif meminta untuk menarik undangan kedatangan Fabius tetapi pemerintah telah membela kunjungannya ke Iran, demikian AFP melaporkan.

(B020/B002)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015