... semua sama dan berhak jadi apapun di negeri ini, apapun agama, asal, memiliki hak sama dan tidak ada peraturan yang membeda-bedakan kami...
Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR, Zulkifli Hasan, menegaskan, Indonesia tidak memberikan toleransi terhadap radikalisme di Indonesia.

Demikian dikatakan Hasan saat menerima Ketua Parlemen China, Yu Zhengsheng, di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis. 

"Kami toleran, tidak ada toleransi terhadap radikalisme, saling hargai," katanya, yang menyambut hangat kolega China-nya itu. Hasan juga menjelaskan berbagai konsep ke-Indonesia-an kepada tamunya itu. 

"Suatu kehormatan dikunjungi ketua Parlemen Tiongkok dan ini menunjukan hubungan kedua negara negara makin baik, baik antar pemerintahan, parlemen, ekonomi, kebudayaan, antar pengusaha, antar masyarakatnya," kata dia.

Dia didampingi Wakil Ketua MPR, EE Mangindaan, Ketua Fraksi PDIP MPR, Ahmad Basarah, Ketua Fraksi Partai Golkar MPR, Idris Laena, dan sejumlah anggota lain MPR. 

"MPR RI adalah gabungan dari DPR (560 orang) dan DPD sebanyak 120 orang. Pancasila adalah kebersamaan, azaznya kekeluargaan, gotong royong musyawarah mufakat, dan ada empat pilar bangsa, yaitu Pancasila, UUD '45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," kata Hasan. 

Untuk Bhinneka Tunggal Ika yang dalam bahasa Inggris mendekati makna Unity in Diversity, dia menyatakan, masyarakat Indonesia sangat majemuk, terdiri dari berbagai suku, memiliki 600 bahasa, berbagai agama dan golongan.

"Tapi kami satu dan itu disepakati pada 18 Agustus 1945. Kami semua sama dan berhak jadi apapun di negeri ini, apapun agama, asal, memiliki hak sama dan tidak ada peraturan yang membeda-bedakan kami," kata Zulkifli.

Ia mencontohkan, masyarakat NTT yang mayoritas Kristen dan Katolik tapi ketua DPR adalah muslim. Begitu juga dengan gubernur Jakarta yang Kristen Protestan. Begitu juga dengan rumah ibadah, selalu berdampingan antar rumah ibadah.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015