Jakarta (ANTARA News) - Hanya 106 harimau bengal yang tersisa di Taman Nasional Sundarbans Bangladesh, hutan bakau terbesar di dunia, menurut hasil sensus terbaru.

Angka itu menurun drastis dibandingkan dengan hasil sensus tahun 2004 tercatat masih ada 440 harimau bengal di hutan yang menjadi tempat pelestarian harimau dan tumbuhan biosfer itu.

Analisis dari rekaman kamera dalam survei selama setahun yang berakhir April itu membuktikan ketakutan para ahli, bahkan jauh lebih buruk.

"Tampaknya populasi telah menurun lebih dari apa yang telah kami takutkan," ungkap Profesor Zoologi dari Universitas Jahangirnagar Bangladesh, Monirul Khan, seperti dilansir The Guardian.

The World Wildlife Fund (WWF) menyatakan harimau di seluruh dunia berada dalam bahaya serius menjadi punah di alam liar. Jumlah mereka telah menyusut dari 100.000 tahun 1900 menjadi sekitar 3.200 sekarang.

Kondisi di Indonesia lebih memprihatinkan. Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources/IUCN).

Harimau sumatera merupakan satu-satunya subspesies harimau di Indonesia yang masih bertahan.

Menurut data resmi terakhir pemerintah (2010), diperkirakan hanya 325 harimau sumatera tersisa, terus menerus turun dari 1.000 tahun 1970 menjadi sekitar 400-600 harimau tahun 1994. Angka itu pun belum pasti karena sensus harimau di alam liar masih terkendala dana di Indonesia.

Populasi harimau itu tersebar di Pulau Sumatera seperti Ulumasen, Kampar-Kerumutan, Bukit Tigapuluh, Kerinci Seblat, Bukit Balai Rejang Selatan, Taman Nasional Way Kambas, dan Bukit Barisan Selatan. Di Taman Nasional Tesso Nilo sudah ada tanda-tanda harimau menghilang.

"Populasi harimau secara global semakin kritis tetapi kondisi harimau di Indonesia bahkan sudah terancam punah," kata Spesialis Harimau WWF Indonesia Sunarto saat dihubungi ANTARA News, Kamis.

Perambahan hutan membuat Sang Raja Hutan terancam kehilangan tempat di rumahnya sendiri sehingga harus masuk ke perkampungan warga dan menimbulkan konflik dengan masyarakat yang membuat kondisi mereka semakin terjepit.

Dan perburuan memperparah kondisi mereka. Bagian-bagian tubuh harimau masih dicari karena dianggap bernilai sangat tinggi untuk obat-obatan tradisional, perhiasan, jimat dan lainnya.

Padahal sebagai predator utama dalam rantai makanan, kucing besar itu berperan penting dalam menjaga keseimbangan populasi mangsa liar dan vegetasi makanan mereka.

"Harimau menunjukkan peran ekologi yang sangat penting karena bisa mengatur atau ikut mengontrol satwa mangsa. Kalau harimau punah, regenerasi hutan tidak terjadi, lalu hutan terdegradasi yang bisa menyebabkan keragaman hayati hilang serta efek yang lain," jelas Sunarto.

"Di lain sisi ada banyak nilai-nilai lain dari keberadaan harimau, secara etika kita harus menjaga lingkungan dan satwa kita," tambahnya.

Sunarto mengatakan perlu upaya dari berbagai pihak untuk mencegah kepunahan satwa liar itu.

"Hilangnya habitat, perburuan, dan konflik harus ditangani. Habitat harus dijaga dan yang sudah rusak harus diperbaiki. Perburuan harus dicegah," tuturnya.

Pemerintah, menurut dia, sudah berupaya melindungi harimau dari kepunahan namun usaha itu belum cukup memadai jika dibandingkan dengan skala ancaman yang ada.

"Harus lebih intensif dan terkoordinir lagi, dan lebih besar dampaknya," tambah Sunarto.

Harimau sumatera butuh hewan buruan spesifik dengan ukuran tubuhnya besar untuk memenuhi kebutuhan energinya dan untuk itu mereka butuh kawasan hutan luas.

"Wilayah yang luas sudah tidak ada, hutan yang bloknya kurang 5.000 hektare bisa membuat harimau punah dengan sendirinya walau ada yang masih bertahan tetapi tidak bertahan lama. Hutan kalau tidak diperbaiki lama-lama akan punah, itu yang terjadi pada banyak tempat," jelas Sunarto.

Harimau sumatera terancam kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan dirambah untuk keperluan kegiatan pertambangan, pertanian dan industri.

Apabila masalah-masalah itu tidak segera di atasi maka Sang Raja Hutan bisa terusir dari rimbanya sendiri dan lama-lama punah.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015