Jakarta (ANTARA News) - Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Environment Programme/UNEP) menyatakan konversi hutan secara besar-besaran di Pulau Kalimantan ikut mendorong kepunahan orangutan.

"Konversi hutan Kalimantan secara besar-besaran untuk produksi kelapa sawit, bersama-sama dengan dampak perubahan iklim mendorong terjadinya kepunahan terhadap orangutan di pulau terbesar di Asia," kata Direktur Eksekutif UNEP Achim Steiner dalam siaran pers, Jumat.

Laporan terbaru PBB mengenai dampak perubahan lahan dan iklim terhadap masa depan orangutan Kalimantan menyebutkan, kebijakan konversi lahan di Kalimantan yang tidak berkelanjutan tidak hanya berdampak pada orang utan yang tinggal di hutan tersebut tetapi juga pada seluruh populasi manusia.

Menurut laporan yang diterbitkan UNEP dan Universitas Liverpool John Moores bekerja sama dengan Kemitraan Kelangsungan Hidup Kera Besar (Great Apes Survival Partnership/GRASP), konversi besar-besaran hutan Kalimantan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit membuat orangutan terancam punah.

Deforestasi di Kalimantan, menurut laporan itu, termasuk yang tertinggi di dunia selama lebih dari dua dekade. Laporan itu juga menyebutkan bahwa 56 persen dari hutan dataran rendah tropis yang dilindungi diperkirakan telah hilang selama 1985-2001.

Jika deforestasi di Asia Tenggara terus berlanjut, menurut laporan itu, 75 persen dari hutan asli akan hilang pada tahun 2030.

Menurut data Forest Watch Indonesia (FWI), deforestasi di Indonesia telah menurun dari dua juta hektare per tahun dalam kurun 1980-1990-an menjadi sekitar 1,5 juta hektare per tahun selama 2000-2009 dan sekitar 1,1 juta hektare pada periode 2009-2013.

UNEP dan mitranya merekomendasikan pengekangan dampak konversi hutan antara lain lewat identifikasi segera prioritas perlindungan populasi orangutan dan habitatnya, serta penghubungan lokasi orangutan utama dengan koridor untuk memastikan mobilitas dan kelangsungan hidup spesies itu.

Lembaga itu juga mendorong penerapan metode konversi yang lebih berkelanjutan untuk lahan pertanian kelapa sawit dan tanaman lainnya, serta mendukung program perlindungan hutan.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015