Kabul (ANTARA News) - Lebih dari 20 orang tewas atau dengan tubuh terluka tergeletak di sekitar satu rumah di desa terpencil di distrik Dehsalah, Provinsi Baghlan, Afghanistan Utara, baru-baru ini, sementara keluarga korban meminta keadilan.

"Ia adalah sepupu saya, Ismael --yang sedang menghadiri pesta perkawinan di desa untuk memberi penghormatan kepada keluarga mempelai pria dan warga desa. Tapi ia menemui ajal dalam penembakan membabi-buta oleh beberapa orang bersenjata yang tak mematuhi hukum," kata seorang warga, Rahmatullah, kepada Xinhua. Ia menunjuk ke satu jenazah di tanah.

Rahmatullah, sambil berlinang air mata, bergumam bahwa Ismael adalah ayah tiga anak. Ia bertanya siapa yang akan merawat ketiga anak Ismael mulai saat ini.

Dalam aksi kejam pada Minggu larut malam (26/7), seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke seorang lelaki lain yang juga membawa senjata di pesta perkawinan tersebut. Kejadian itu memicu baku-tembak antara dua kelompok yang bertikai hingga menewaskan 20 orang, semuanya warga sipil, dan melukai 10 orang lagi.

"Tak diragukan, penyebab dari kekacauan ini adalah keberadaan kelompok penjahat bersenjata di daerah pinggiran. Mereka memiliki senjata secara tidak sah dan menciptakan hukum sendiri serta gangguan keamanan," kata Rahmatullah.

Ratusan ribu kelompok dan individu pelanggar hukum semacam itu dilaporkan ada di Afghanistan.

Mungkin terdapat 200 penjahat bersenjata di distrik Dehsalah dan daerah yang berdekatan, kata Mohammad Azim Mohseni, seorang anggota parlemen dari Provinsi Baghlan, kepada media setempat belum lama ini.

Ia memperingatkan pria dengan senjata ilegal akhirnya dapat menimbulkan ancaman keamanan jika pemerintah tak menyelesaikan masalah tersebut.

Sementara itu, beberapa pejabat lokal menyebutkan jumlah pria yang menyandang senjata di Dehsalah dan distrik Pulhisar dan Banu, mencapai 1.000.

Namun, Inspektur Jenderal Umum Polisi Baghlan Abdul Jabar Purduli, dalam perbincangan dengan media setempat, belum lama ini menyampaikan keprihatinan mengenai keberadaan anasir yang membawa senjata di berbagai bagian provinsi itu.

Ia mengatakan untuk mewujudkan keamanan yang langgeng diperlukan operasi besar yang terkoordinasi dengan baik guna melenyapkan kelompok bersenjata ilegal dan gerilyawan antipemerintah.

Bukan hanya di Baghlan, tapi juga di beberapa bagian lain di negara yang dirongrong konflik, keberadaan kelompok semacam itu kadang-kala telah menciptakan masalah keamanan.

Hampir selusin orang tewas dan cedera akibat baku-tembak antara dua kelompok bersenjata di distrik Khanabad di Provinsi Kunduz Utara pertengahan Juli sehingga banyak warga lokal memberi kelonggaran terhadap anggota Taliban.

Tindakan tersebut memungkinkan Taliban menguasai sedikitnya 30 desa di kabupaten bermasalah, kata gubernur wilayah itu, Hayatullah Amiri.
(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015