Laporan itu tidak memiliki dasar."
Kabul (ANTARA News) - Kelompok Taliban pada Sabtu membantah laporan tentang kematian pendiri jaringan Haqqani, yakni kelompok militan sekutu Taliban yang dianggap bersalah atas beberapa serangan mematikan di Afghanistan.

Beberapa media Pakistan melaporkan kematian Jalaluddin Haqqani, yang dikatakan meninggal pada usia 70-an, pada Jumat (31/7) ketika anaknya Sirajuddin diumumkan sebagai salah satu wakil pemimpin Taliban menyusul kematian pemimpin lama Taliban, Mullah Omar.

"Beberapa media menyebarkan laporan tentang kematian seorang pribadi jihadis terkemuka Jalaluddin Haqqani," kata kelompok Taliban dalam pernyataan yang dimuat di laman Internet mereka.

Taliban juga mengemukakan, "Laporan itu tidak memiliki dasar. Haqqani memang sebelumnya sakit, tetapi dia telah diberkati dengan kesehatan yang baik untuk waktu yang lama hingga sekarang dan tidak memiliki masalah saat ini."

Keluarga Haqqani juga membantah rumor kematian itu. Seorang komandan Taliban di Afghanistan yang berbicara kepada AFP dari sebuah lokasi yang dirahasiakan di barat laut Pakistan menegaskan pula hal tersebut.

"Saya berbicara dengan cucunya, dan ia benar-benar membantah rumor kematian Haqqani," kata komandan Taliban itu. Sang cucu dilaporkan berada di Afghanistan.

Ia menimpali, "Dia mengatakan kepada saya bahwa kakeknya masih hidup dan berbicara dengannya pekan lalu. Dia lemah dan sakit, tapi masih hidup dan dalam semangat yang baik."

Kelompok Taliban di Afghanistan menunjuk Mullah Akhtar Mansour sebagai kepala baru mereka pada Jumat, transisi kekuasaan bersejarah yang menimbulkan berharap kepemimpinan yang lebih moderat akan membuka jalan bagi pembicaraan damai meskipun perpecahan dalam jajaran pemberontak.

Taliban juga mengumumkan wakil pemimpinnya, Sirajuddin, yang nyawanya dihargai sebesar 10 juta dolar AS bersama Haibatullah Akhundzada, mantan kepala pengadilan Taliban.

Dibentuk 30 tahun lalu untuk melawan invasi Soviet pada 1980-an, jaringan Haqqani adalah kelompok militer yang paling mumpuni dan paling berbahaya dari faksi Taliban.

Kelompok tersebut dianggap bersalah atas beberapa serangan mematikan di Afghanistan, termasuk pemboman kedutaan India dan serangan terhadap Hotel Kabul Serena pada 2008, dan serangan terkoordinasi terhadap kementerian kehakiman Afghanistan pada 2009.

Taliban hadir baik dalam kubu di Afghanistan timur dan di kabupaten suku Waziristan Utara di laut Pakistan yang bergolak di sepanjang perbatasan Afghanistan.

Selama dekade terakhir, Jalaluddin menghilang dari barisan depan jihad dan mentransfer manajemen kerajaannya untuk anaknya, Sirajuddin.

Pemerintah Amerika Serikat menganggap ayah dan anak itu (Jalaluddin dan Sirajuddin) sebagai "teroris global".

Sebuah informasi diplomatik Saudi baru-baru ini dipublikasikan oleh Wikileaks, yang menyebutkan Duta Besar Arab Saudi untuk Pakistan pada 2012 bertemu dengan Nasiruddin Haqqani, putra lain Jalaluddin yang adalah kepala penggalangan dana untuk jaringan Haqqani.

Dalam pertemuan itu, Nasiruddin meminta pengobatan untuk ayahnya yang sakit di Arab Saudi, kata informasi itu, yang tidak dapat diverifikasi secara independen oleh AFP.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015