... Bersatulah, jangan tercerai berai....
Jombang, Jawa Timur (ANTARA News) - Buku Ensiklopedi Nahdlatul Ulama: Sejarah, Tokoh, dan Khazanah Pesantren, Minggu, diluncurkan kembali di arena Muktamar NU Ke-33 di Jombang, Jawa Timur.

"Kami menghimpun dan menuliskan kembali semua bahan rujukan dan informasi mengenai NU, baik dari dalam maupun luar negeri," kata Hairus Salim HS, salah satu anggota tim penulis ensiklopedi itu kepada di Kampus Institut Agama Islam Bani Fattah (IAIBAFA), Tambakberas, Jombang.

Ia menjelaskan, ensiklopedi itu memuat berbagai sejarah dan informasi terkait ke-NU-an, baik dari sisi sejarah, tokoh dan pesantren di Indonesia, sejak sebelum Indonesia merdeka.

Ensiklopedi yang dalam penulisannya dipimpin Ketua PB NU, H Imam Aziz itu, katanya, membutuhkan waktu hingga dua tahun (2012-2014) sampai kemudian bisa diwujudkan dan diluncurkan pada 2015.

Peluncuran kembali di arena Muktamar Ke-33 NU ini, katanya, adalah semacam mengingatkan kembali kepada publik luas, terutama nahdliyin bahwa saat ini untuk mengetahui hal-ikhwal tentang NU yang cukup lengkap bisa dirujuk melalui ensiklopedia dimaksud.

Ia juga menjelaskan, keterkaitan mengenai kebangsaan dalam sejarah NU, disebutkannya cukup banyak.

Di antaranya, adalah tokoh-tokoh NU yang bahkan mampu menjadi pemimpin nasional Indonesia, yakni seorang presiden, dua orang wakil presiden, serta wakil perdana menteri. Belum lagi peran para ulamanya dalam memberi pencerahan bangsa, di antaranya almarhum KH Ali Ya'fie.

Mereka adalah KH Abdurrahman Wahid sebagai presiden, Hamzah Haz dan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden, serta KH Dr Idham Chalid yang pernan menjadi wakil perdana menteri.

"Ini menunjukkan konteks politik kebangsaan yang ada di NU," katanya.

Sementara itu, Aziz yang ditemui secara terpisah menjelaskan, mereka tetap menerima saran dan kritik atas buku ensiklopedi itu mengingat buku itu adalah rintisan awal.

"Makanya di dalam pengantar kami cantumkan pula alamat surat elektronik (email) yang bisa dijadikan sarana siapapun untuk memberikan masukan dan kritik," katanya.

Dalam ensiklopedia tersebut, pada bagian sampul buku juga tertera catatan penting yang dikutip dari Syaikh KH Hasyim Asy'ari, pahlawan nasional yang juga pendiri NU.

Catatan dan pesannya adalah "Bersatulah, jangan tercerai berai..." katanya, ketika mendirikan jami'iyah NU.

Pesan ini ditujukan kepada ulama ahlussunnah wal jama'ah,  di Nusantara di tengah arus perubahan sosio-kultural dan politik yang sangat penting di awal abad ke-20.

"Ulama-ulama selama itu sesungguhnya telah dipersatukan kesamaan mahzab. Tanpa satu organisasi pun mereka tetap bersatu, dan dapat berjumpa dalam suatu jaringan keulamaan dan tradisi agung pesantren yang tak tergoyahkan. 

Karena itu, berdirinya Nahdlatul Ulama membawa pesan lain: ulama juga harus bangkit menyatukan langkah untuk membimbing umat Islam meniti kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Peran para pendiri NU dalam hal ini sangat penting, termasuk membangun landasan yang kuat bagi tatanan kebangsaan yang baru itu".

Pewarta: Andi Jauhari
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015